Gianyar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali Made Mangku Pastika mengatakan narasi yang disampaikan pada suatu karya seni dapat membuat karya tersebut menjadi laku lebih mahal.
"Seni itu selain untuk seni, juga untuk hidup. Untuk bisa 'menjual' maka perlu narasi. Jadi seniman harus membekali diri dengan keterampilan bernarasi sehingga orang tahu isi karya seninya itu," katanya dalam kegiatan reses di Gianyar, Rabu.
Mantan Gubernur Bali tersebut, mengaku bertemu para seniman selain dalam kaitan reses juga untuk mengetahui kondisi para seniman saat pandemi ini.
Reses mengangkat tema Kreativitas Seniman di Masa Pandemi COVID-19 itu berlangsung di bengkel kerja pelukis Made "Kaek" Dharma Susila di Rumah Paros, Sukawati, Gianyar, yang juga dihadiri belasan seniman Bali.
Menurut Pastika, selain berkarya seni, seniman juga mesti mengemas karyanya sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan hasil.
Oleh karena itu, seniman juga perlu panggung. Hal itu yang perlu didukung sehingga karya-karyanya bisa dipamerkan dan diketahui banyak orang.
"Kalau kita dengar seniman banyak yang miskin, itu karena tidak bisa menjual. Beda dengan pelaku bisnis, meski nggak bisa melukis tapi menjadi kaya karena tahu cara menjualnya," ujar Anggota Komite II DPD itu.
Ia mencontohkan saat menjadi Gubernur Bali sempat ditawari sebuah lukisan seharga Rp100 ribu.
"Saya beli lukisan itu dan membawanya ke Jakarta. Dengan memberi narasi ternyata lukisan itu laku jutaan rupiah. Jadi narasi itu penting," kata dia.
Selain it, katanya, saat terjadi Bom Bali, dengan narasi yang tepat saat itu membuat Bali menjadi terkenal dan dikagumi karena sukses mengungkap kasus yang terjadi.
Di sisi lain, Mangku Pastika memuji semangat seniman yang tak pernah berhenti berkarya.
Oleh karena itu, ia optimistis bahwa Bali takkan pernah kering oleh karya seni karena semangat seniman yang begitu besar dan terjadi regenerasi.
Made "Kaek" Dharma Susila, pendiri Rumah Paros di Jalan Margapati, Banjar Palak, Sukawati, Gianyar menjelaskan Rumah Paros merupakan ruang seni yang dibangun dengan sistem arsitektur rumah Bali sekitar 20 tahun yang lalu.
Di Rumah Paros ada sejumlah bangunan yang difungsikan sebagai ruang berkesenian serta tempat memajang karya-karya seni Kaek yang kebanyakan bergaya "Samar"
"Arti samar itu sesuatu yang tidak nampak jelas, kabur. Tapi kalau diteliti bisa menangkap arti dan maksudnya," kata Kaek yang telah melanglang buana dengan karya-karyanya.
Kaek pada kesempatan itu mendorong seniman untuk selalu bersemangat, pantang menyerah dalam kegiatan seni.
"Seni itu rasa, panggilan batin," ujarnya.
Rekannya, Ketut Sadia yang pelukis dari Batuan, mengaku di zaman Mangku Pastika menjadi Gubernur Bali seniman banyak didukung.
"Berkat Pak Mangku Pastika, lukisan Batuan yang hampir punah bisa terus bertahan sampai sekarang. Bahkan kini lukisan Batuan diakui sebagai warisan dunia," kata dia.