Denpasar (Antara Bali) - Organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian (subak) di Bali perlu dikembangkan sebagai bagian dari kegiatan agribisnis.
"Upaya tersebut untuk mendukung sektor pariwisata, tanpa menghilangkan warna sebagai organisasi sosio-religius," kata Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, Bali memiliki potensi besar dalam bidang pengembangan agribisnis dan wisata agro.
Pengembangan tersebut diharapkan mampu sebagai salah satu daya tarik wisatawan berliburan ke Pulau Dewata meskipun sudah berulang kali, di samping keindahan panorama alam serta keunikan seni budaya.
"Agribisnis dan wisata agro dengan berbagai jenis tanaman lokal unggulan dapat dikemas sedemikian rupa menjadi paket wisata untuk menambah daya tarik Bali," ujar Windia.
Ia mengingatkan, pengembangan potensi unggulan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan dan kesinambungan subak.
Hal itu penting dilakukan mengingat subak memiliki kearifan lokal, yang merupakan bagian dari seni budaya Bali, tutur Windia.
Bahkan sejumlah ahli mancanegara tercatat pernah melakukan penelitian terhadap kearifan lokal yang terkandung dalam subak di Bali.
Peneliti asing antara lain Grader, Geertz dan Lansing, di samping peneliti nasional dan lokal Bali.
Ketiga peneliti mancanegara itu telah mengungkapkan dan melaporkan tentang perkembangan subak dengan aneka kearifan lokal.
Seluruh kearifan lokal yang tercakup dalam organisasi subak terdiri atas kearifan religius, kultural, ekologis, institusional, ekonomi, hukum, tehnologis dan keamanan.
Kearifan lokal tersebut berbasis konsepsi Tri Hita Karana yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan yang Maha Esa, tutur Windia. (*)