Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengajak generasi muda Bali agar tidak malu, apalagi merasa hina menjadi petani karena sektor pertanian justru menjadi solusi di tengah kondisi pandemi COVID-19.
"Saya ingin generasi muda Bali dapat mengambil kesempatan di sektor pertanian ini, karena kalau didiamkan, maka justru akan datang orang lain yang mengambil kesempatan," kata Pastika saat berbincang dengan perwakilan mahasiswa di Denpasar, pada 3 Mei lalu.
Menurut dia, ketika sebelum pandemi, logis memang generasi muda Bali memilih sektor pariwisata dibandingkan menjadi petani. Namun, kini kondisinya sudah jauh berubah.
"Bali masih lama pulihnya dengan okupansi hotel yang rata-rata 20 persen sebelum musim liburan. Pariwisata memang akan hidup, tetapi tidak bisa pulih dengan cepat dan perlu modal besar untuk membangkitkan hotel-hotel yang sudah tutup dua tahun," ujarnya.
Baca juga: Petani Sidan-Bali padukan pertanian organik-pariwisata
Oleh karena itu, pertanian menjadi alternatif untuk bisa bertahan secara ekonomi karena tentu semua akan tetap membutuhkan pangan.
"Paling tidak, dengan serius mengurusi pertanian, terutama untuk kebutuhan makan sendiri terlebih dahulu, baru kalau ada lebihnya dijual," ucapnya pada acara yang berlangsung di Agro Learning Center Denpasar itu.
Mantan Gubernur Bali dua periode itu pun mengingatkan jangan selalu larut dalam pujian bahwa kita memiliki sumber daya alam yang kaya raya sehingga kita lantas menjadi malas untuk berusaha.
"Padahal kenyataannya banyak komoditas pertanian yang masih diimpor, mulai dari beras, kedelai, cabai, bawang putih dan sebagainya. Bahkan, meskipun kita negara kepulauan dengan lautan yang luas, juga masih mengimpor garam," katanya.
Belum lagi persoalan minyak goreng yang mahal, meskipun kata Pastika, Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar.
Pastika juga mengajak generasi muda jangan khawatir keterbatasan lahan untuk mengembangkan pertanian karena sebenarnya masih banyak lahan kosong yang belum tergarap. Selain itu juga bisa dikembangkan pertanian dengan model urban farming (pertanian kawasan perkotaan).
Baca juga: Para aktivis dan artis serukan "Selamatkan Tanah di Bali"
"Selain itu, kini sudah ada pertanian dengan mengadopsi teknologi sehingga menjadi petani tidak lagi identik dengan kotor dan berpanas-panasan," katanya.
Sementara itu, Mades, salah satu praktisi urban farming di Bali menambahkan, dengan pertanian di kawasan perkotaan (urban farming) akan mendukung terwujudnya ketahanan pangan.
"Di samping itu, nutrisi pangan juga bisa dijaga dengan berbagai variasi penanaman dalam urban farming seperti tabulampot, vertikal garden, hidroponik, dan rooftop," ucapnya.