Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang membidangi perekonomian Arif Rahmansyah Marbun mengapresiasi pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di era Presiden Joko Widodo yang mencapai 1.900 kilometer.
"Ngebutnya pembangunan jalan tol di era Presiden Jokowi ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Pemerintah untuk pemerataan pembangunan. Jalan tol tak hanya dibangun di Jawa, tapi juga Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi," kata Arif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pembangunan berbagai ruas jalan tol itu merupakan capaian luar biasa Pemerintah karena dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun.
Di Sumatera, lanjutnya, pembangunan jalan tol semakin menunjukkan perkembangan positif, termasuk Jalan Tol Binjai-Langsa segmen Binjai-Stabat, yang diresmikan Presiden Jokowi pada 4 Februari lalu. Jalan tol segmen itu diperkirakan mampu menekan biaya logistik hingga 75 persen.
"Itu artinya, dari sisi ekonomi, komoditas andalan kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro) di bidang pertanian, perkebunan hingga perikanan bisa semakin bersaing harganya dengan produk impor," katanya.
Jalan Tol Binjai-Stabat sepanjang 11,8 km tersebut, lanjutnya, dari sisi kualitas juga sudah teruji.
Hal itu dapat dilihat dari anugerah penghargaan kecelakaan dengan angka nihil atas proses konstruksi Tol Binjai-Stabat oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara kepada PT HK Infrastruktur (HKI), anak usaha PT Hutama Karya (Persero).
Selain itu, tambahnya, riset tim ekonomi PT SMI menyebutkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera memberikan dampak multiplier terhadap output dalam perekonomian setempat, yakni sebanyak 1,7 kali dari total pengeluaran pada masa konstruksi.
Dampak output per tahun tersebut setara dengan 2,2 persen produk domestik regional bruto (PDRB) di Pulau Sumatera.
"Secara langsung, tentu ini merupakan dampak dari pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera karena adanya penyerapan tenaga kerja setara 2,4 persen tenaga kerja di Pulau Sumatera," jelasnya.
Riset tersebut juga menunjukkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera mampu menjadi stimulus perekonomian Indonesia dan memberikan dampak positif berupa penciptaan nilai tambah, pendapatan masyarakat, dan kesempatan kerja di sektor konstruksi dengan pertumbuhan sebesar 54 persen.
Selain itu juga potensi di sektor industri pengolahan sebesar 22 persen, pertambangan sebesar 8 persen, dan perdagangan sebesar 6 persen.
Menurutnya, sejak awal menjabat sebagai Presiden di periode pertama, Jokowi telah menetapkan konektivitas antarwilayah sebagai prioritas utama pembangunan.
Jalan Tol Trans Sumatera menjadi salah satu proyek ambisius yang diprediksi menjadi salah satu pemicu pemerataan ekonomi di pulau Sumatera. Selain itu, Jokowi juga menargetkan episentrum wisata lokal baru seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan tol di berbagai kawasan, katanya.
"Seperti wilayah Segitiga Emas Sumatera, yakni Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo, atau dikenal dengan sebutan Mebidangro. Kawasan Metropolitan Medan atau Medan Raya ini telah ditahbiskan sebagai urat nadi perekonomian Indonesia bagian barat lewat peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2011," ujarnya.
Dampak positif pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera terhadap potensi pariwisata di sekitar kawasan tersebut antara lain munculnya Kampung Basilam di wilayah Langkat Sumatera Utara, katanya.
Kampung Basilam ramai dikunjungi ribuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, setiap tahun karena ada makam Syekh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi an-Naqryabandi atau disebut juga sebagai Tuan Guru Babussalam, seorang guru dari tarekat Naqsyabandiyah.
"Akses yang semakin mudah lewat Jalan Tol Binjai-Stabat akan meningkatkan minat wisatawan religi berkunjung ke Langkat," ungkapnya.
Di luar wisata rohani, tambahnya, ada pula potensi wisata alam di Kampung Basilam, yakni Bukit Lawang di pinggiran Taman Nasional Gunung Leuser dan kawasan Tangkahan yang menjanjikan pengalaman baru berinteraksi dengan gajah-gajah yang sudah dikonservasi.
Dengan akses via jalan tol yang semakin mudah, masing-masing pemerintah daerah kawasan tersebut memiliki dua jalur utama, yakni jalan lintas provinsi dan jalan tol. Secara keseluruhan, lanjut Arif, fokus pemerintahan Joko Widodo di bidang infrastruktur berkaca pada pembangunan di berbagai negara yang telah teruji.
Ia menyebutkan salah satu negara yang ambisius dalam investasi infrastruktur adalah Cina. Di tahun 2019 saja sudah ada 200.000 km jalan tol yang tersambung di negeri tirai bambu itu. Pembangunan itu mampu melancarkan keran pertumbuhan ekonomi di Cina.
"Karena itu, langkah Presiden menggenjot pembangunan Tol Trans Sumatera merupakan bagian dari upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa," ujarnya.
"Ngebutnya pembangunan jalan tol di era Presiden Jokowi ini menunjukkan komitmen dan keseriusan Pemerintah untuk pemerataan pembangunan. Jalan tol tak hanya dibangun di Jawa, tapi juga Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi," kata Arif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pembangunan berbagai ruas jalan tol itu merupakan capaian luar biasa Pemerintah karena dikerjakan dalam kurun waktu tujuh tahun.
Di Sumatera, lanjutnya, pembangunan jalan tol semakin menunjukkan perkembangan positif, termasuk Jalan Tol Binjai-Langsa segmen Binjai-Stabat, yang diresmikan Presiden Jokowi pada 4 Februari lalu. Jalan tol segmen itu diperkirakan mampu menekan biaya logistik hingga 75 persen.
"Itu artinya, dari sisi ekonomi, komoditas andalan kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro) di bidang pertanian, perkebunan hingga perikanan bisa semakin bersaing harganya dengan produk impor," katanya.
Jalan Tol Binjai-Stabat sepanjang 11,8 km tersebut, lanjutnya, dari sisi kualitas juga sudah teruji.
Hal itu dapat dilihat dari anugerah penghargaan kecelakaan dengan angka nihil atas proses konstruksi Tol Binjai-Stabat oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara kepada PT HK Infrastruktur (HKI), anak usaha PT Hutama Karya (Persero).
Selain itu, tambahnya, riset tim ekonomi PT SMI menyebutkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera memberikan dampak multiplier terhadap output dalam perekonomian setempat, yakni sebanyak 1,7 kali dari total pengeluaran pada masa konstruksi.
Dampak output per tahun tersebut setara dengan 2,2 persen produk domestik regional bruto (PDRB) di Pulau Sumatera.
"Secara langsung, tentu ini merupakan dampak dari pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera karena adanya penyerapan tenaga kerja setara 2,4 persen tenaga kerja di Pulau Sumatera," jelasnya.
Riset tersebut juga menunjukkan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera mampu menjadi stimulus perekonomian Indonesia dan memberikan dampak positif berupa penciptaan nilai tambah, pendapatan masyarakat, dan kesempatan kerja di sektor konstruksi dengan pertumbuhan sebesar 54 persen.
Selain itu juga potensi di sektor industri pengolahan sebesar 22 persen, pertambangan sebesar 8 persen, dan perdagangan sebesar 6 persen.
Menurutnya, sejak awal menjabat sebagai Presiden di periode pertama, Jokowi telah menetapkan konektivitas antarwilayah sebagai prioritas utama pembangunan.
Jalan Tol Trans Sumatera menjadi salah satu proyek ambisius yang diprediksi menjadi salah satu pemicu pemerataan ekonomi di pulau Sumatera. Selain itu, Jokowi juga menargetkan episentrum wisata lokal baru seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan tol di berbagai kawasan, katanya.
"Seperti wilayah Segitiga Emas Sumatera, yakni Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo, atau dikenal dengan sebutan Mebidangro. Kawasan Metropolitan Medan atau Medan Raya ini telah ditahbiskan sebagai urat nadi perekonomian Indonesia bagian barat lewat peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2011," ujarnya.
Dampak positif pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera terhadap potensi pariwisata di sekitar kawasan tersebut antara lain munculnya Kampung Basilam di wilayah Langkat Sumatera Utara, katanya.
Kampung Basilam ramai dikunjungi ribuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, setiap tahun karena ada makam Syekh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi an-Naqryabandi atau disebut juga sebagai Tuan Guru Babussalam, seorang guru dari tarekat Naqsyabandiyah.
"Akses yang semakin mudah lewat Jalan Tol Binjai-Stabat akan meningkatkan minat wisatawan religi berkunjung ke Langkat," ungkapnya.
Di luar wisata rohani, tambahnya, ada pula potensi wisata alam di Kampung Basilam, yakni Bukit Lawang di pinggiran Taman Nasional Gunung Leuser dan kawasan Tangkahan yang menjanjikan pengalaman baru berinteraksi dengan gajah-gajah yang sudah dikonservasi.
Dengan akses via jalan tol yang semakin mudah, masing-masing pemerintah daerah kawasan tersebut memiliki dua jalur utama, yakni jalan lintas provinsi dan jalan tol. Secara keseluruhan, lanjut Arif, fokus pemerintahan Joko Widodo di bidang infrastruktur berkaca pada pembangunan di berbagai negara yang telah teruji.
Ia menyebutkan salah satu negara yang ambisius dalam investasi infrastruktur adalah Cina. Di tahun 2019 saja sudah ada 200.000 km jalan tol yang tersambung di negeri tirai bambu itu. Pembangunan itu mampu melancarkan keran pertumbuhan ekonomi di Cina.
"Karena itu, langkah Presiden menggenjot pembangunan Tol Trans Sumatera merupakan bagian dari upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa," ujarnya.