Denpasar (ANTARA) - Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa penggunaan aplikasi monitoring karantina presisi dapat memudahkan untuk mendeteksi apabila ada wisatawan maupun ABK yang kabur saat karantina.
"Saat ini, varian Omicron sedang masuk, khususnya di PPLN rata-rata 500 kasus lebih yaitu karena 'imported case' sisanya transmisi lokal. Untuk itu Pelabuhan Benoa harus tetap dalam kondisi melalui standar SOP sebelum karantina. Dengan aplikasi ini bisa memonitor masyarakat dan wisatawan, ABK apabila ada yang kabur saat karantina," kata Kapolri dalam konferensi pers di Pelabuhan Benoa, Bali, Sabtu.
Ia mengatakan aplikasi ini dirancang untuk membantu memastikan masyarakat yang melaksanakan karantina bisa terawasi dengan baik.
Baca juga: Kapolri minta Forkopimda Bali perketat PPLN cegah Omicron
Selain itu, dilengkapi dengan fitur-fitur yang bisa digunakan untuk bicara langsung, dan dilengkapi dengan aplikasi "find people". "Ketika masyarakat keluar bisa melakukan pengejaran, pencarian dan kemudian di hp yang kabur itu bisa berbunyi," jelasnya.
Aplikasi monitoring karantina presisi ini juga bisa memudahkan petugas untuk menemukan ketika ada yang keluar dari area tertentu. Jika ada yang terdeteksi maka akan muncul notifikasi dan sirene untuk melakukan pencarian.
Dengan aplikasi itu juga, kata Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo bisa mengetahui titik di mana pihak yang kabur tersebut pergi dari tempat karantina. Sehingga proses karantina bisa berjalan dengan baik.
Baca juga: Binda Bali tuntaskan 1.500 vaksinasi anak 6-11 tahun di Gianyar
Sementara itu, Polda Bali juga mendirikan Posko Monitoring Karantina Presisi di 4 pintu masuk lainnya, yaitu Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Padangbai dan Pelabuhan Celukan Bawang.
Kapolri juga menegaskan agar pengawasan di pintu masuk Bali ini harus diperketat untuk mencegah melonjaknya kasus varian Delta dan Omicron.
“Dari tahap awal ABK dan wisatawan terlebih dulu diperiksa dengan melalui proses antigen pada saat di atas kapal. Kita minta pada saat sebelum turun kemudian mengunduh aplikasi ini,” katanya.
Proses selanjutnya, para ABK dan wisatawan melaksanakan beberapa pemeriksaan, salah satunya adalah swab PCR. Selain itu juga disediakan ruang khusus apabila ditemukan ABK atau wisatawan yang mungkin ada keluhan terkait dengan kondisi kesehatannya.