Denpasar (Antara Bali) - Pengamat seni dan budaya Bali, Dr I Gede Arya Sugiartha, menilai, konsep "ngayah" atau bekerja tanpa pamrih bagi seniman kurang tepat.
"Konsep 'ngayah' bagi seniman tampaknya kurang tepat karena keberadaannya sangat penting dalam menyukseskan kegiatan ritual, baik berskala menengah maupun besar," kata Pembantu Rektor II Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Rabu.
Menurut dia, sekaa kesenian dalam satu kegiatan ritual, baik yang digelar secara perorangan maupun desa adat, instansi pemerintah atau perusahaan sering diperlakukan hanya sebagai pelengkap.
Sebagian besar masyarakat belum mampu memaknai kehadiran dan peran seniman dalam berkesenian, padahal kegiatan yang digelar tersebut menghabiskan biaya besar untuk kelengkapan ritual, menyajikan konsumsi mewah dan membuat dekorasi, termasuk membuat kartu undangan yang bermutu.
"Namun ketika membiayai sekaa kesenian, masyarakat masih beranggapan memanfaatkan konsep 'ngayah' sehingga biaya untuk kesenian tidak perlu," tutur Arya Sugiartha.(IGT/T007)
Konsep "Ngayah" Tak Tepat Bagi Seniman
Rabu, 15 Agustus 2012 17:43 WIB