Denpasar (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang melanda hampir dua tahun ini tak hanya telah menyebabkan lebih dari 4.000 masyarakat Bali harus kehilangan nyawa, tetapi juga membuat kondisi ekonomi daerah yang terkonsentrasi pada sektor pariwisata ini menjadi terpuruk.
Pada triwulan III 2021, ekonomi Bali masih terkontraksi 2,91 persen (yoy) dan tercatat sebagai daerah dengan kinerja ekonomi terburuk dibandingkan 33 provinsi lainnya di Tanah Air.
Meskipun ekonomi Bali hingga triwulan III 2021 masih terkontraksi, namun sejatinya sudah menunjukkan arah perbaikan dibandingkan dengan kondisi akhir 2020 yang terkontraksi atau pertumbuhan minus 9,31 persen.
Selain itu, pada triwulan II 2021, pertumbuhan ekonomi Bali sudah sempat positif di angka 2,88 persen (yoy).
Namun, kebijakan pembatasan mobilitas dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat hingga PPKM Level 4 sejak awal Juli hingga pertengahan 2021, telah menahan kinerja sektor pariwisata dan sektor terkait lainnya di Provinsi Bali.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho, PPKM itu ibarat "pil pahit" yang menyembuhkan. Perumpamaan itu tepat karena untuk mengendalikan penyebaran kasus COVID-19 itu, maka mobilitas masyarakat memang harus dibatasi.
Pembatasan mobilitas masyarakat dengan PPKM dan juga dibarengi gencarnya upaya vaksinasi COVID-19, terbukti telah melandaikan kasus baru COVID-19 di Pulau Dewata.
Angka kasus baru COVID-19 yang sempat berminggu-minggu bertahan di atas 1.000 orang per hari pada periode Juli-Agustus 2021, bahkan sempat menyentuh angka 1.900, kini di bulan November tidak sampai 20 kasus per hari.
Demikian pula kasus aktif COVID-19 pada Rabu (24/11) tercatat tinggal 146 orang, dengan rincian 70 orang dirawat di RS rujukan, 65 orang di tempat isolasi terpusat dan 11 orang menjalani isolasi mandiri.
Wisman menurun
Pengetatan wisatawan asing juga membuat kunjungan wisman menurun drastis. Dari awal Januari hingga 14 November 2021, tercatat kedatangan penumpang dari luar negeri mencapai 431 orang. Angka ini jauh lebih rendah dari jumlah kunjungan tahun sebelumnya yang mencapai 1,21 juta orang.
Sedangkan kedatangan penumpang domestik sudah mencapai 1,37 juta orang atau sedikit lebih rendah dari kunjungan tahun sebelumnya yang mencapai 1,41 juta orang. Yang melegakan, kedatangan penumpang domestik per hari pada Oktober 2021 sudah hampir menyamai kunjungan per hari di tahun 2019.
Pihaknya memperkirakan kunjungan wisatawan pada triwulan IV 2021 akan terus membaik seiring kebijakan pelonggaan PPKM, program Work From Bali, dan program MICE.
Ditambah lagi dengan pembukaan pariwisata Bali bagi wisatawan mancanegara mulai 14 Oktober lalu dan penyelenggaraan perhelatan internasional seperti 1st FCBD, Badminton Indonesia Master, Indonesia Open dan International Youth Championship dan sebagainya.
Dengan beberapa indikator ekonomi yang diperkirakan semakin membaik, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Bali pada 2022 akan berkisar pada 5,4 persen sampai dengan 6,2 persen.
Implementasi protokol kesehatan
Meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk berwisata ke Bali tentu harus terus diupayakan sebagai salah satu jalan untuk memulihkan kondisi ekonomi karena dampak pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, mengawal kondisi COVID-19 dengan terus disiplin protokol kesehatan dan meneruskan vaksinasi COVID-19, penting untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan, pelaku usaha dan konsumen ke Bali.
Selain itu, strategi jangka pendek lainnya dengan mencari pasar wisman potensial. Caranya melalui penerbangan langsung dari negara potensial namun statusnya aman (memperhatikan kasus konfirmasi, positivity rate, dan varian baru), kemudian kemudahan visa, dan memperpendek karantina.
Sejalan dengan pelonggaran level PPKM, juga perlu diimplementasikan kembali program Work From Bali. Selain itu, juga perlu didorong kegiatan MICE (baik dari domestik maupun internasional) dan Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia.
Selanjutnya perlu terus memperluas implementasi protokol kesehatan termasuk program sertifikasi CHSE untuk meningkatkan kepercayaan diri wisatawan ke Bali.
Sertifikasi CHSE adalah proses pemberian sertifikat kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.
Yang tidak kalah penting, menurut Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho, mendorong digitalisasi dan on boarding UMKM. Implementasinya antara lain dilakukan dengan gerakan bangga buatan Indonesia (GBBI), mendorong pemanfaatan QRIS, serta mendorong pemanfaatan program Pemulihan Ekonomi Nasional (restrukturisasi kredit dan penjaminan kredit).
Jaga Kepercayaan
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra juga meminta semua pihak menjaga kepercayaan wisatawan dengan memperkuat protokol kesehatan di semua tempat sehingga kasus COVID-19 terus menurun.
"Mari kita jaga bersama-sama agar kasus positif terus bisa diturunkan sehingga pariwisata perlahan bisa bergerak lagi," ucapnya.
Sejumlah kegiatan internasional akan diselenggarakan di Bali mulai Desember 2021 dan pada 2022 juga akan dihelat KTT G20. Artinya dunia internasional sudah memberikan kepercayaan pada Bali.
Dari berbagai kegiatan internasional yang dihelat di Provinsi Bali, sekaligus menjadi pesan kepada masyarakat internasional bahwa Bali itu aman dan bisa dipercaya untuk pengendalian COVID-19.
Masyarakat Bali harus mampu menjaga agar COVID-19 bisa dikendalikan sehingga event internasional benar-benar bisa dilaksanakan di Bali, kata Dewa Indra yang juga Ketua Harian Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali itu.
Selain penerapan protokol kesehatan, upaya mengendalikan penyebaran COVID-19 juga dengan menggencarkan vaksinasi agar tercipta kekebalan kelompok.
Berdasarkan data hingga 20 November 2021, di Provinsi Bali, vaksinasi COVID-19 untuk suntikan atau dosis pertama sudah diterima sebanyak 3.436.524 orang (100,92 persen dari target) dan hingga yang dosis kedua sebanyak 2.999.720 orang (88,09 persen).
Vaksinasi COVID-19 untuk mencapai herd immunity atau kekebalan komunal di Pulau Dewata ditargetkan menyasar 3.405.130 orang.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan promosi bahwa Bali aman dikunjungi dengan penerapan standar Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), Environment (Ramah Lingkungan) atau CHSE yang ketat perlu lebih disebarluaskan ke konsumen.
Saat ini di Bali tercatat 1.576 tempat usaha termasuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah mengantongi sertifikat CHSE. Selain itu, pelaku usaha di Pulau Dewata juga aktif menyukseskan program pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi yang digencarkan pemerintah.
Banyak juga konsumen yang tidak paham mengenai CHSE ini padahal ini merupakan bentuk kesiapan dan kelebihan Bali dalam menyambut wisatawan.
Selain pentingnya penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi, perlu didorong adanya paket wisata yang sesuai daya beli konsumen dari kelompok menengah. Paket-paket diskon itu penting untuk menunjang kebangkitan pariwisata Bali.
Penurunan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) atau pelonggaran mobilitas dan penurunan kasus COVID-19 diakui VP of Market Management Accomodation & Experience Traveloka John Safenson telah meningkatkan jumlah pemesanan hotel-hotel di Bali.
Wisatawan mayoritas memilih lokasi akomodasi di kawasan Seminyak dan Legian di Kabupaten Badung, serta kawasan Ubud di Kabupaten Gianyar.
Bahkan pihak Traveloka juga sudah mendapatkan pemesanan akomodasi pariwisata di Bali dari sejumlah wisatawan domestik hingga Maret 2022.
Secara umum, kata John Safenson, konsumen masih ingin melakukan perjalanan ke Bali.
Jadi, ayo jangan ragu berwisata ke Pulau Dewata dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.