Denpasar (ANTARA) - Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan bahwa salah satu penghambat pemulihan pariwisata Bali adalah harga tiket pesawat yang mahal.
"Salah satu yang menghambat kedatangan wisatawan mancanegara ke Bali adalah harga tiket yang mahal, Gubernur sebagai kepala daerah menyampaikan usulan ke Menteri Perhubungan agar harga tiket turun dan semoga ini bisa terealisasi," kata Bagus Agung di Denpasar, Selasa.
Dari pantauannya, salah satu imbas dari harga tiket mahal adalah berkurangnya wisatawan mancanegara dari Australia yang justru beralih ke Thailand.
Tiket pesawat dari Australia menuju Phuket, Thailand lebih murah daripada Sydney ke Bali, meskipun dari segi lama perjalanan Pulau Dewata masih menang.
"Kurang lebih harga tiket lebih setengahnya naik, karena tiket Sydney ke Bali 1.500 AUD sekarang dari Sydney ke Phuket bisa setengahnya, 700-800 AUD. Jadi kalau harganya sekarang Rp7 juta ke Bali itu masih mahal, normalnya Rp3-4 juta sebelum naik," ujarnya.
Baca juga: Kemenhub tetapkan tarif nol Rupiah untuk pelayanan pesawat
Sebelumnya Gubernur Bali Wayan Koster pada Senin (19/9) menyampaikan bahwa telah mengusulkan kepada Menhub agar menambah jumlah penerbangan menuju Bali sehingga dapat menurunkan harga tiket dan wisatawan bertambah.
Bagus Agung akhirnya menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Bali menargetkan kunjungan wisatawan mencapai 2 juta hingga akhir tahun, sementara pusat menargetkan 3 juta kunjungan.
"Kita optimis 2 juta wisatawan bisa masuk sebelum China masuk, kalau China masuk 3 juta bisa tercapai. Kalau tahun ini kan tinggal beberapa bulan saja, karena rata-rata 10 ribu satu hari dikalikan 300 penerbangan kurang lebih seperti itu," kata Bagus Agung di Denpasar.
Pihaknya berharap adanya dukungan penambahan maskapai salah satunya milik Indonesia yaitu maskapai Garuda. Ia menilai apabila adanya pertambahan penerbangan dari Garuda maka kondisi Bali akan cepat normal seperti Thailand.
Baca juga: Luhut: Pesawat ke Bali penuh berarti pariwisata pulih
Sementara itu hingga saat ini Bali sebagai daerah dengan 54 persen perekonomian bergantung dari sektor pariwisata masih dalam tahap pemulihan akibat dua tahun pandemi COVID-19.
Gubernur Wayan Koster menyampaikan bahwa pertumbuhan negatif dialami Bali ada tahun 2020 yang mencapai -9,31 persen sebagai yang tertinggi di Indonesia, kemudian membaik pada 2021 menjadi -2,47 persen.
Pertumbuhan positif baru dirasakan Bali pada Maret 2022 sejak dibukanya gerbang internasional melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, yaitu pertumbuhan ekonomi naik menjadi +1,46 persen, dilanjutkan pada triwulan kedua +3,04 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bali Tourism Board: harga tiket jadi penghambat pemulihan pariwisata