Jayapura (ANTARA) - Sosok pesilat Bali Komang Harik Adi Putra sedikit merasa kecewa karena impian meraih medali emas, namun dirinya tegar, meski hanya mampu mempersembahkan medali perak kepada kontingen Pulau Dewata pada laga final putra di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX.
Pria kelahiran Kabupaten Buleleng 14 Oktober 1994 mengaku sudah berjuang habis-habisan pada tarung pencak silat di PON, namun kemujuran dan bernasib beda, sehingga hanya bisa menduduki juara dua atau medali perak.
"Saya sudah berjuang secara maksimal dalam pertarungan melawan atlet silat Paksi Ghifari Nurgana, namun keberuntungan pada atlet Jawa Barat meraih medali emas," kata peraih medali emas pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Menurut alumni IKIP PGRI Denpasar, untuk ilmu olahraga beladiri pencak silat dipelajari sejak sekolah dasar.
Baca juga: PON Papua - Pesilat Kadek Astini bangga bertanding di ajang PON
Ia mengatakan awalnya menekuni seni pencak silat. Baru setelah SMA beralih menekuni tarung dan terbukti makin sukses.
Komang Harik mengenal olahraga pencak silat dari keluarganya. Karena keluarga besarnya dari pihak ayah dan ibu semuanya merupakan pesilat. Sang ayah, I Ketut Mudastra, adalah mantan pesilat yang sempat ikut kejuaraan dunia.
Komang Harik menuturkan pihaknya mendalami nomor laga dan sekaligus nomor seni cabang pencak silat. Dia sempat tampil di nomor seni tunggal dan beregu putra. Namun, sejak duduk di bangku SMAN 2 Denpasar, Komang Harik mulai konsentrasi nomor laga (pertarungan) saja.
Prestasi yang pernah diraih Komang Harik, yakni medali perunggu tarung kelas E:65-70 kg putra SEA Games Kuala Lumpur 2017, medali perunggu tarung kelas E:65-70 kg putra Belgium Open 2018 dan medali emas tarung kelas E:65-70 kg putra Asian Games Jakarta-Palembang 2018
Profil PON Papua - Pesilat Komang Harik tegar, meski hanya raih perak
Selasa, 12 Oktober 2021 13:39 WIB