Badung (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali memastikan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19 dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
"Kami sudah mempersiapkan PTM di Badung ini dari awal. Guru-guru juga sudah menjalani vaksinasi COVID-19," ujar Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta di Mangupura, Sabtu.
Ia mengatakan, protokol kesehatan secara ketat diterapkan kepada seluruh orang yang berada di sekolah seperti dengan mewajibkan penggunaan masker, menjaga jarak dan menggunakan hand sanitizer atau mencuci tangan.
Pembelajaran tatap muka yang telah dimulai Jumat (1/10) itu juga membatasi durasi pembelajaran 1-2 jam dan membatasi kapasitas ruangan kelas maksimal menjadi 50 persen.
"Setiap sekolah sudah menyiapkan sistem mitigasi. Kami tidak mau terjadi klaster penyebaran COVID-19 di tingkat sekolah dan kami yakin dengan penerapan prokes yang baik maka PTM akan berjalan baik juga," katanya.
Bupati Giri Prasta mengajak orang tua murid juga ikut bersinergi dengan semua pihak terkait, termasuk memastikan protokol kesehatan bagi anaknya dalam mengawal dan menyukseskan pelaksanaan PTM terbatas di Badung.
"Semua orang tua pasti bertanggungjawab kepada anaknya. Kami juga sudah meyakinkan kepada wali murid bahwa PTM terbatas ini mengedepankan protokol kesehatan yang sangat ketat," ujarnya.
Menurutnya, pihaknya juga sudah meminta kepada pihak sekolah untuk tidak mempermasalahkan seragam siswa apabila ada orang tua yang karena kondisi pandemi COVID-19 belum bisa membelikan seragam untuk anaknya.
Untuk itu, Pemkab Badung juga sedang berupaya untuk melanjutkan program seragam gratis bagi seluruh siswa yang bersekolah di wilayah Badung.
"Itu pasti kami lanjutkan, tapi kami akan menghitung dana terlebih dahulu. Dana mengikuti program, jangan sampai tidak ada dana program berjalan," ungkap Bupati Giri Prasta.
Sementara itu, Plt. Kepala SMP Negeri 1 Kuta I Nyoman Dura menjelaskan, Pembelajaran Tatap Muka terbatas rencananya akan dilakukan selama dua bulan, setelah dua bulan berjalan maka akan dilakukan evaluasi kembali.
"Yang dievaluasi jelas pertama mengenai penerapan protokol kesehatan, dalam pembelajaran baik itu siswa dan guru tidak boleh membuka masker selama 2 jam. Siswa dalam satu kelas kami batasi hanya 50 persen," katanya.
Ia menjelaskan, siswa di SMPN 1 Kuta berjumlah 1.159 siswa yang terbagi dalam 23 rombongan belajar pada kelas 7, kelas 8 dan kelas 9.
"Itu kami bagi menjadi dua shift, kami coba semua siswa masuk satu minggu dan tiap hari hanya dua jam. Setelah berlangsung satu minggu seperti apa dan akan kami evaluasi perbaikan-perbaikan di minggu kedua," ungkap Nyoman Dura.