Denpasar (ANTARA) - Pemerintah melakukan program "Food Estate" untuk mempersiapkan ketahanan pangan nasional guna merespon laporan organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture/FAO), karena organisasi tersebut telah memberikan peringatan dini kepada seluruh pemimpin negara mengenai kemungkinan buruk dampak pandemi COVID-19 terhadap ketahanan pangan.
Ketua Forum Petani Muda Bali (Petani Muda Keren), Anak Agung Gede Agung Wedhatama melalui keterangan tertulis di terima, Minggu, mengatakan sangat mendukung program "Food estate", karena program tersebut dinilai sangat baik untuk mencapai ketahanan pangan nasional.
"Saat ini program tersebut berada di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Kalau saya cermati program tersebut sangat bagus, karena 'food estate' digalakkan membuat lahan-lahan baru yang tidak produktif dibikin produktif. Jadi, untuk sekarang yang optimistis sih 'Food Estate' ini akan berjalan baik dan sesuai dengan apa yang di impikan," ujarnya.
Namun demikian Agung Wedhatama mengatakan yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam program "Food Estate" adalah berkelanjutan terkait program tersebut, hingga mencapai ketahanan pangan nasional.
"Tantangannya menurut kita bicarakan program itu kan kalau kami anak muda itu sustainablity, kelanjutannya, jadi bagaimana food estate ini benar-benar berlanjut, berjalan terus untuk menopang ketahanan pangan nasional, tidak hanya ketahanan pangan tapi kita bisa kedaulatan pangan dengan 'Food Estate'," ucapnya.
Tak hanya hanya itu, lanjut Agung Wedhatama, pihaknya pun mendorong pemerintah agar menggerakkan anak-anak muda atau para petani muda untuk dapat bergabung dalam program "Food Estat" tersebut.
"Kalau saya sih sebenarnya yang penting dilakukan adalah menggerakkan sebanyak-banyaknya petani, karena bagaimanapun juga ketahanan pangan poinnya ada di petani, tentunya petani muda, karena di Indonesia generasi petaninya sudah hampir habis, 33 juta masyarakat yang bertani sekarang anak mudanya cuman tujuh persen, ngak lebih dari 4-5 juta, sangat kecil sekali," katanya.
Program ini menjadi tantangan di Indonesia, bagaimana mengajak anak muda untuk bertani. Jadi "Food Estate" ini bagus, cuman baiknya memang anak-anak muda dilibatkan di program Food estate ini, jadi yang diberdayakan itu petani petani muda, sehingga keberlanjutan bisa berjalan, Khawatirnya nanti "Food Estate" bisa berjalan sekarang, lima tahun presidennya ganti tiga tahun menterinya ganti, programnya sudah tak jalan lagi.
Ia berharap ke depan pemerintah lebih banyak menggerakkan para petani atau calon petani dengan memperbanyak pelatihan bertujuan dapat merangsang minat bertani bagi masyarakat Indonesia.
"Jadi bagaimana pemerintah menguatkan petani-petani, mungkin dengan memperbanyak pelatihan. Kalau manusia Indonesia kuat, manusianya punya pola pikir jadi petani hebat, manusia yang punya 'mainset' petani keren food estate pasti jalan, karena tantangan terbesar kita itu di manusia, manusia Indonesia kan sekarang sedikit banget yang mau jadi petani, jadi itu yang perlu dilakukan oleh pemerintah," ucapnya.
Ia mengatakan bagaimana memberikan pelatihan dan bimtek di perbanyak, sekolah-sekolah pertanian diberikan bantuan dan didukung sehingga makin dekatnya masyarakat dengan pertanian, sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk jadi petani," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tidak menampik jika ketahanan pangan nasional merupakan tujuan utama dari program "Food Estate".
Dikatakan, ketersediaan pangan yang memadai untuk seluruh rakyat menjadi fokus utama kementeriannya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor.
Program tersebut dirancang untuk mempersiapkan ketahanan pangan nasional dalam rangka merespon laporan Food and Agriculture Organization (FAO). Sebelumnya, FAO telah memberikan peringatan dini kepada seluruh pemimpin negara mengenai kemungkinan buruk dampak pandemi Covid-19 terhadap ketahanan pangan.