Sejarah JCI
Junior Chamber International (JCI) adalah organisasi kepemudaan internasional tertua dan terbesar di dunia. Organisasi ini merupakan komunitas internasional pemuda non-politik dan non-sektarian berusia antara 18-40 tahun untuk menciptakan perubahan positif di seluruh dunia.
2015 JCI Indonesia National President Ida Bagus Agung Gunarthawa menambahkan, JCI merupakan lembaga non-pemerintah (nongovernmental organization) yang berpatner dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Termasuk dalam agensi United Nations (UN) seperti United Nation International Children Emergency Fund (UNICEF) dan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)," imbuh Ida Bagus Agung Gunarthawa kepada Antara di Denpasar.
Selain itu, JCI bekerjasama dengan International Chamber of Commerce (ICC), International Association of Students in Economics and Management (AIESEC), the Pan-American Health Organization (PAHO), the World Health Organization (WHO), the United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), dan the Inter-American Foundation (IAF).
Ia menjelaskan, JCI memiliki organisasi federasi yang aktif di lebih dari 5000 chapter yang berlokasi di lebih dari 127 negara dan wilayah.
Ida Bagus Agung Gunarthawa menceritakan, JCI sendiri telah berumur 101 tahun didirikan tahun 1915 di St, Louis, Amerika Serikat oleh Henry Glessembier dengan nama Young Men's Progressive Civic Association (YMPCPA). Pada tahun 1918 YMPCPA berafiliasi dengan St. Louis Chamber of Commerce.
Seiring dengan berjalannya waktu, semangat dan tujuan Jaycess merambah ke seluruh dunia. Sekitar tahun 1920-an mulai menyebar ke Canada dan Inggris, tahun 1940 menyebar ke Amerika Latin. Sampai pada 4-11 Desember 1944 diselenggrakan Inter-American Conference di Mexico City.
Tempat tesebut, ditetapkan secara resmi lahirnya JCI dengan Raul Garcia (Meksiko) sebagai Presiden Dunia yang pertama. Sejak saat itu setiap tanggal 11 Desember dirayakan sebagai JCI Day (Hari JCI Dunia).
Dikatakan juga pada waktu Inter-American Conference perwakilan delapan negara bertemu untuk menciptakan organisasi yang memberi perhatian pada urusan global. "Apresiasi pemuda dunia ketika itu mampu memabwa JCI tumbuh ke setiap benua melibatkan lebih dari 100 negara," ungkapnya.
Ida Bagus Agung Gunarthawa menjelaskan, Indonesia telah berinteraksi dan mengembangkan afiliasi JCI sejak 1970-an. JCI Indonesia berhasil berdiri kembali tahun 1988 di bawah kepemimpinan Sharif Cicip Sutarjo, setelah vakum beberpa tahun.
JCI Indonesia mengembangkan sayap organisasi ke 27 kota dan provinsi di Indonesia.
Keunggulan JCI
2015 JCI Indonesia National President Ida Bagus Agung Gunarthawa mengatakan, JCI memberikan kontribusi untuk kemajuan komunitas global. Menyediakan kesempatan bagi para pemuda untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan kepemimpinannya. "Meningkatkan tanggung jawab sosial, persahabatan serta kewirausahaan untuk menciptakan perubahan yang positif," imbuhnya.
Kehadiran JCI juga, menyebarluaskan kepada masyarakat dunia bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri,kedudukan yang sama, saling ketergantungan. "Dunia ini bukan milik perorangan akan tetapi dunialah yang memiliki manusia," tutur Ida Bagus Agung Gunarthawa dengan lugas kepada wartawan Antara Bali.
JCI Indonesia mendorong warga negara menjadi aktif. Warga negara yang aktif untuk adalah individu yang diinvestasikan di masa depan dunia, khususnya untuk kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM). "JCI mengumpulkan warga negara yang aktif dari semua sektor masyarakat," ungkapnya.
Organisasi tersebut, melahirkan tokoh-tokoh yang membuat perubahan positif di dunia seperti disebutkan Ida Bagus Agung Gunarthawa adalah mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, mantan Presiden Perancis Jacques Chirac dan mantan Presiden Bolivia Hugo Banzer.
Selain itu, Terpilih menjadi Presiden Taiwan Chen Shui-Bian dan Sekjen PBB Kofi Annan, mantan PM Jepang Yasuhiro Nakasone, mantan PM Jepang Keizo Obuchi, mantan PM Jepang Taro Aso, Pemimpin Monaco Pangeran Albert II, mantan PM Denmark Poul Schluter, mantan Presiden Philipina Joseph Estrada dan Dirjen ILO Belgia Michel Hansenne.
Kalangan artis dan selebritis juga banyak yang ikut bergabung dalam JCI misalnya Jackie Chan maupun Presiden Indonesia saat ini Ir. Joko Widodo.
Ida Bagus Agung Gunarthawa mengatakan, JCI menyambut dengan gembira anggota dari berbagai latar belakang berusia 18-40 tahun. Siapapun yang ingin menjadi pemimpin yang lebih baik di bidang apapun, tanpa melihat ras, warna kulit, jenis kelamin, agama maupun ideologi politik yang dimiliki.
Pada dasarnya ada 4 area kesempatan dalam JCI, yaitu individual, manajemen, komunitas, internasional dan bisnis. Setiap kegiatan ini diadakan di masing-masing area.
Pertama, Individual Opportunities yang merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan diri. Hal tersebut mencangkup seminar yang diselenggarakan oleh trainer profesional dan anggota JCI, membantu anggota untuk berbicara dengan efektif, belajar skill kepemimpinan, meningkatkan kemampuan komunikasi dan mengembangkan diri
Kedua, Community Opportunities yang memungkinkan anggota untuk menjalin kerja sama dengan komunitasnya sendiri/komunitas lainnya. Peluang terpenting dari area ini adalah kita dapat memberikan kontribusi konkret bagi lingkungan dan sesama.
Ketiga, Business Opportunities anggota JCI dapat saling bertukar ide dan melakukan bisnis bersama anggota lain yang memiliki minat sama. Tentu saja tak hanya di chapter sendiri, namun juga dari negara lain dengan jaringan 400.000 anggota di seluruh dunia yang tersebar 127 negara. Area bisnis juga memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk meningkatkan ekonomi komunitas dengan mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan produktivitas dan efektivitas bisnis mereka.
Keempat, International Opportunities area ini merupakan bagian yang sangat mengesankan. Melalui area international, anggota JCI dapat memperoleh informasi mengenai kejadian di berbagai belahan dunia. "Peluang ini sangat penting untuk mengembangkan jariangan untuk meningkatkan diri dalam menghadapi persaingan global era ini," ungkap Ida Bagus Agung Gunarthawa
Ida Bagus Agung Gunarthawa menekankan, kesempatan sangat terbuka lebar bagi anggota JCI untuk saling bertukar ide, bersosialisasi, memiliki jaringan bisnis, dan bekerjasama dengan banyak pihak dari berbagai latar belakang.
Diharapkan, anggota JCI tidak saja dari kalangan pengusaha. "Siapa saja boleh ikut asal ada kemauan keras untuk mengembangkan diri," harapnya.
Terobosan JFC Jadikan Petani Muda Keren
Fokus kegiatan JCI menciptakan pemimpin yang lebih baik. Untuk itu, dalam kegiatannya JCI berusaha membangun rasa percaya diri bagi orang muda dalam menggali kemampuan yang terdalam serta dalam upaya mengatasi keterbatasan pribadinya.
Ida Bagus Agung Gunarthawa mengatakan, dalam kegiatan JCI berusaha menunjukkan generasi muda bagaimana meraih lebih dari yang pernah kita bayangkan dalam kehidupan keluarga, bisnis, sosial, dan lingkungan.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan yakni JCI Indonesia January Board Meeting dan Inaugurasi Pengurus Baru, JCI Indonesia Ten Outstanding Young People (TOYP), JCI Indonesia Public Speaking Championship, JCI Indonesia Debate Championship, JCI Indonesia Best Business Plan Competition, JCI Indonesia Academy, JCI Indonesia Walk For Autism, serta JCI Indonesia Creative Young Entrepreneur Award.
Ida Bagus Agung Gunarthawa menambahkan, ada kegiatan lain yakni JCI Asia Pacific Conference (tahun 2014 di Yamagata-Jepang), JCI Indonesia Mid Year Meeting dan Business Networking, Indonesia Goes Global Roadshow, JCI World Congress (tahun 2014 di Leipzig-Jerman), JCI Indonesia Candidate Training serta JCI Indonesia Officer Training.
Dijelaskan Ida Bagus Agung Gunarthawa, JCI ke depan menjadi poros jembatan penghubung antara pemerintah, masyarakat, pengusaha dan akademisi. Selalu mencetuskan ide-ide impact powerfull atau pemecahan sampai akar rumput.
Diharapkan, anggota JCI mampu memberikan solusi di tengah berbagai permasalahan yang ada. Dengan hal tersebut, tercetus sebuah ide untuk mengatasi tingginya arus urbanisasi.
Salah satu program dilucurkan JCI Indonesia dalam mengatasi hal itu yakni JCI Farmer Club (JFC). Program tersebut sejalan dengan pemerintah yang sedang getol-getolnya mendorong ketahanan pangan.
Indonesia secara umum sebagai negara agraris selalin memiliki lautan yang luas. Peluang besar tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
JFC memulai program tersebut dari Bali, oleh karena ingin memberikan pemahaman kepada pemuda Bali untuk menjadi maju tidak harus bekerja di perkotaan. Hal itu juga, upaya mengatasi dan memberikan solusi yang sering dipertentangkan antara visi maju pemuda dengan aktifitas ada dan budaya di Bali.
Ditambah dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 hanya tersisa 12 persen petani muda. Kondisi itu, tentu segera mendapatkan penangan yang tepat. "Pemuda Bali perlu diberikan pemahaman yang tepat sehingga mampu menekan turun minat anak muda yang akan bidang pertanian," ungkapnya.
Jika hal itu dapat berjalan dengan baik, adat dan budaya khususnya di Bali dapat dijaga kelestariannya. Serta Ida Bagus Agung Gunarthawa menambahkan, hal itu terjadi karena masyarakat di desa khususnya generasi muda tidak mendapatkan penghidupan yang layak.
"Untuk mewujudkan itu diperlukan sinergi baik kalangan orang terpanggil yang didukung semua komponen," tegasnya. Pembinaan dan pelatihan secara berkesinambungan perlu diperhatikan dengan baik. Program ini diharapkan mampu berjalan efektif dengan adanya dukungan dari pihak JCI.
Ida Bagus Agung Gunarthawa mengharapkan, JFC akan mewujudkan Petani Muda Keren. Pertanian itu cakupanya luas bukan saja sebagai pergi kesawah. Namun ada bidang yang lain perlu dikembangkan sehingga pertanian di Bali menjadi maju. (*)
JFC Berambisi Bisa Wujudkan Petani Muda Keren di Bali
Selasa, 27 September 2016 12:54 WIB