Yogyakarta (Antara Bali) - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan arang aktif berbahan kulit kakao untuk menyerap polutan gas beracun karbonmonoksida.
"Kulit kakao merupakan limbah perkebunan yang biasanya hanya dibuang, dan ketersediaannya sangat melimpah di Indonesia. Kulit kakao merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membuat arang aktif," kata Koordinator Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) Fakultas MIPA UNY Chanel Tri Handoko di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, prosedur pembuatan arang aktif dari limbah kulit kakao yaitu kulit kakao dipotong kecil-kecil, dikeringkan, kemudian disangrai dengan menggunakan wajan hingga menjadi arang.
Selanjutnya, arang dihaluskan dengan mortar, kemudian ditimbang sebanyak 150 gram. Arang direndam dalam larutan CaCl 210 persen sebanyak 500 mililiter selama waktu yang bervariasi, yaitu satu hingga tiga hari.
"Setelah direndam, arang ditiriskan atau disaring dan dimasukkan ke dalam muffle bersuhu 350 derajat Celsius selama satu jam. Selanjutnya, arang digerus kembali hingga halus, dan diayak dengan ayakan 50 mesh, dan arang aktif siap digunakan," katanya.
Ia mengatakan untuk menghindari atau mengurangi konsentrasi gas karbonmonoksida (CO) yang berpotensi dihirup manusia, selama ini diupayakan dengan menggunakan sensor gas CO. Dengan sensor itu orang dapat menghindari ruangan dengan konsentrasi gas CO yang tinggi.
"Namun, upaya tersebut dirasa kurang efektif, karena hanya dapat digunakan dalam ruangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu zat yang dapat berpotensi menyerap gas CO agar konsentrasi gas CO di udara dapat berkurang," katanya.(*/T007)