Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra meminta masyrakat jangan menyimpulkan kasus salah satu warga di Banjar Sukajati, Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali yang meninggal diduga karena vaksinasi COVID-19 jenis AstraZeneca.
"Sekarang sedang dilakukan penelitian oleh Dinkes Badung. Jadi jangan buru-buru ambil kesimpulan. Jangan mengaitkan langsung antara vaksinasi dengan kematian. Ini harus ada penelitian dan pengujian medis. Mohon jangan buat kesimpulan sendiri," kata Dewa Made Indra saat ditemui di Denpasar, Bali, Kamis.
Ia mengatakan bahwa saat ini Pemerintah Provinsi Bali sedang melakukan vaksinasi yang semakin masif kepada masyarakat. Pihaknya meminta agar tidak dikaitkan dengan kasus tersebut.
Menurutnya, munculnya dugaan-dugaan yang belum tentu benar dapat mengganggu kelancaran vaksinasi.
"Divaksin dua hari lalu kemudian kemarin ada demam lalu dibawa ke puskesmas dan meninggal. Semua di Bali kan sekarang sedang menggunakan vaksin AstraZeneca. Vaksin ini sekarang digunakan seluruh Bali, jadi kalau itu dikatakan sebagai penyebab, jangan buru-buru ambil kesimpulan," katanya
Dewa Made Indra meminta agar masyarakat tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang kasus tersebut. Pihaknya juga mengatakan agar menunggu hasilnya (Investigasi penyebabnya).
Ia menjelaskan bahwa di setiap proses vaksinasi, selalu diawali dengan screening secara ketat agar mengetahui memenuhi kriteria untuk divaksin atau tidak. Jika tidak memenuhi sudah jelas pasti tidak akan divaksin.
"Yang sudah divaksin 1,6 juta orang. Ada kejadian ini, boleh tidak ini mengambil kesimpulan (meninggal karena vaksinasi COVID-19). Tidak boleh! Jangan begitu. Tunggu hasil pengujian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Tim dokter pasti akan melakukan itu," katanya.