"Ya nanti kita koordinasikan (untuk penerapan plasma konvalesen) Dan bisa dijalankan sesuai dengan perkembangan. Kalau misalnya vaksin belum memenuhi nanti itu (donor plasma konvalesen) juga bisa membarengi dan tetap dilaksanakan," kata Pangdam dalam kegiatan simulasi COVID-19 di RS Udayana Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan bahwa untuk saat ini melalui vaksinasi menjadi cara yang paling baik mengatasi COVID-19 tersebut. "Kemungkinan besar kita akan bersandarnya ke vaksinasi," katanya.
Baca juga: Kodam IX/Udayana gelar simulasi vaksinasi COVID-19 di Bali
Baca juga: Kodam IX/Udayana gelar simulasi vaksinasi COVID-19 di Bali
Selain itu, untuk wilayah prioritas Pangdam mengatakan hal tersebut menjadi keputusan dari pemerintah yang akan memutuskan wilayah-wilayah mana saja yang perkembangan COVID-19 sangat cepat.
"Mungkin Bali harusnya jadi prioritas karena kita sebagai pusat pariwisata di sini atau mungkin Jakarta sebagai pusat bisnis dan pemerintahan jadi prioritas. Di provinsi tersebut nanti diatur lagi daerah-daerah mana yang jadi prioritas. Mungkin dari nakes, TNI-Polri yang berhadapan langsung dengan masyarakat, dinas-dinas yang lebih ke pelayanan masyarakat dan itu tergantung dari jumlah yang diterima," katanya.
Sementara itu, Kakesdam IX/Udayana Kolonel Ckm dr IM Mardika, SpPD, MARS, FINASIM menjelaskan proses pemberian vaksin sesuai dengan skala prioritas seperti tenaga kesehatan, TNI-Polri dan masyarakat yang bekerja di lapangan.
Ia mengatakan rencananya setelah vaksin ini datang akan diberikan dari rentang usia 18 sampai 59 tahun. Selain itu, kata dia untuk hal-hal yang disuntikkan dalam tubuh seseorang pasti akan menimbulkan reaksi.
"Kenapa apa hal-hal yang disuntikkan ke dalam tubuh seseorang itu pasti ada reaksi itu namanya efek samping. Misalnya, saat mengkonsumsi obat flu hati-hati mengendarai mobil karena efek sampingnya ngantuk. Biasanya itu ada satu persen lah tapi tidak semua. Tidak mungkin pemerintah memberi obat untuk mencelakakan masyarakat," ucap Kakesdam.