Denpasar (ANTARA) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menyatakan mendukung rencana pengembangan pariwisata kesehatan di Pulau Dewata karena dinilai memiliki potensi yang cukup besar.
"Pariwisata kesehatan sebenarnya merupakan bentuk tren pariwisata yang menggabungkan aspek kesehatan dan hiburan. Di samping itu, Bali memang memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi pariwisata kesehatan global, terutama dari segi wellness (kebugaran)," katanya saat menerima audiensi Manager Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) Putu Deddy Suhartawan, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, di Bali terdapat sekitar 3.200 "wellness center", seperti pusat pengobatan herbal tradisional dan spa. Namun baru segelintir saja yang memenuhi standar fasilitas kesehatan.
"Untuk itu, ini merupakan catatan penting yang harus dipikirkan ke depan jika ingin membangun pariwisata kesehatan di Bali," ujar pria yang akrab dipanggil Cok Ace itu
Cok Ace menambahkan, potensi utama Bali sebagai destinasi wisata kesehatan pun terletak pada keindahan alam Bali dan posisinya yang strategis sebagai destinasi wisata eksotis dengan budaya yang unik. Selain itu, biaya pengobatan di pusat kesehatan Bali terbilang lebih terjangkau dibandingkan negara lain, terutama negara maju.
Baca juga: Kemenparekraf minta pengelola desa wisata terapkan protokol kesehatan
"Hanya yang perlu diperhatikan adalah lebih menonjolkan apa yang sebenarnya potensi yang kita miliki dan belum dimiliki oleh negara lain, sehingga kita tidak bersaing sengit dengan negara lain," kata Cok Ace yang juga Ketua PHRI Bali itu.
Sementara itu, General Manager Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) Putu Deddy Suhartawan mengatakan Bali di samping terkenal sebagai destinasi wisata "leisure" yang menawarkan keindahan alam atau wisata budaya yang kuat, juga memiliki potensi wisata medis.
Menurut dia, Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis karena didukung sumber daya yang mumpuni, diantaranya sebanyak 280 rumah sakit di Bali sudah terakreditasi paripurna dan bahkan 30 rumah sakit sudah terakreditasi internasional.
Selain itu, Bali sejak peristiwa Bom Bali I dan II hingga sebelum pandemi COVID-19 terus membenahi diri, khususnya dalam aspek layanan kesehatan.
"Maka tak heran bila banyak warga asing yang bersedia mencoba layanan medis sembari berlibur di Bali. Jenis layanan kesehatan yang diakses wisatawan Bali beragam tetapi yang utama adalah layanan kosmetik, baik untuk bedah plastik, face implant, face lift, liposuction hingga yang bersifat non-invasif," katanya.
Terkait dengan jumlah penggunanya bisa mencapai 60 pasien per bulan dengan pendapatan mencapai sekitar Rp1,2 miliar.
Baca juga: Kemenparekraf ajak pelaku kuliner Bali terapkan CHSE
"Oleh karena itu, kami ingin menggaungkan wisata medis ini di Bali. Dengan demikian, selain sebagai tempat tujuan wisata budaya juga sebagai tempat kunjungan wisata medis, baik untuk internasional ataupun domestik," ucap Deddy.
Wagub dukung pariwisata kesehatan di Bali dikembangkan
Jumat, 20 November 2020 14:48 WIB