Bondowoso (ANTARA) - Mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Kacung Marijan, PhD mengemukakan bahwa belajar dalam jaringan atau daring karena pandemi COVID-19 kini menjadi zona nyaman baru bagi insan pendidikan, khususnya siswa.
"Awalnya memang butuh transisi dari belajar luring ke belajar daring, tapi saat ini mulai masuk zona nyaman dengan belajar daring ini," katanya pada webinar yang diselenggarakan Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Jatim bekerja sama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang dipantau di Bondowoso, Sabtu.
Baca juga: Pemkab Badung minta guru kuasai TIK dan siapkan konten pembelajaran inovatif
Ungkapan Wakil Rektor I Unusa itu menyauti cerita salah satu guru BK bahwa di beberapa wilayah yang sebaran COVID-19 sudah mereda, ada kecenderungan anak juga malas untuk kembali ke sekolah, dengan berbagai alasan.
Pada webinar yang dipandu oleh Evy Yulistiowati Pramono, SPd (guru SMKN 1 Sumberwringin Bondowoso) itu, Kacung Marijan yang juga dikenal sebagai pakar ilmu sosial dan politik mengatakan bahwa nantinya sistem pendidikan di Indonesia pasca-corona tidak lagi mengenal pembelajaran luring atau daring semata.
"Jadi nanti bukan daring sama sekali atau luring sama sekali, melainkan kombinasi dari daring dan luring. Ini juga menyongsong kebiasaan baru. Luring tahun depan pun, saya kira tidak akan bisa full. Bukan karena COVID-19 masih mengancam, tapi karena kebiasaan baru, daring mulai lebih nikmat," katanya.
Kacung bercerita saat ini dirinya juga sudah menikmati proses belajar mengajar di kampus secara daring, meskipun tidak bisa bertemu langsung dengan mahasiswanya. Namun, dia mengakui agak kerepotan dengan adanya mahasiswa yang tidak betul-betul mengikuti kuliah jarak jauh tersebut.
"Banyak juga mahasiswa yang nutup videonya saat kuliah daring. Akhirnya saya absen dan ketahuan siapa yang betul-betul ikut kuliah," kata guru besar ilmu politik Unair Surabaya itu.
Baca juga: Psikolog: Belajar via daring berpotensi munculkan stres anak
Menurut dia, nantinya akan ada kultur baru dalam sistem belajar di sekolah, yakni perpaduan daring dan luring. "Mungkin SMK akan lebih banyak ketemu di luring-nya karena banyak pelajaran yang menuntut praktik," kata Kacung.
Pada kesempatan itu, Kacung Marijan juga memberi masukan pada para guru, khususnya guru BK di Jatim agar mendokumentasikan pengalamannya menyelesaikan masalah pembelajaran pada masa pandemi COVID-19.
Menurut Kacung, pengalaman para guru dalam menangani masalah di masa pandemi bisa menjadi pengalaman dan pelajaran berharga, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi model penyelesaian masalah dalam bidang pendidikan di masa-masa mendatang.
"Dari pengalaman para guru itu bisa dibukukan dan dikelompokkan sesuai dengan klaster masing-masing, misal berdasarkan jurusan di SMK-nya, seperti klaster SMK mesin dan lainnya, atau berdasarkan karakteristik daerah di mana SMK itu," kata pakar ilmu politik yang mengaku pernah menjadi guru SMA di Lamongan ini.
Baca juga: Gubernur Bali: Pendidikan jarak jauh momentum menuju digitalisasi
Bahkan, katanya, tidak menutup kemungkinan jika dari pengalaman masing-masing para guru, jika dikaji lebih mendalam akan menghasilkan sebuah teori baru dalam bidang pendidikan, pasca-COVID-19.
"Ini saya tidak memberi PR buat bapak ibu semua ya. Saya hanya memberikan usulan saja karena ini sangat menarik," katanya.
Selain webinar, pada kesempatan itu juga digelar pertanggungjawaban Ketua MGBK Jatim periode 2006-2020 Abdul Muis, SPd, MM yang juga terpilih sebagai Ketua MGBK Jatim periode 2020-2024.