Denpasar (ANTARA) - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengaku pihaknya tidak memungkiri walaupun sulit untuk benar-benar menghilangkan kemungkinan terkena COVID-19, tetapi setiap keluarga dapat meminimalkan risiko penularan dengan memperhatikan faktor VDJ (ventilasi, durasi dan jarak) di rumah dan keluarga.
"Tim Penggerak PKK sebagai mitra kerja pemerintah daerah memiliki peran untuk mendorong, mendukung dan menyosialisasikan kebijakan pemerintah daerah dalam menekan dan mencegah penyebaran COVID-19, serta mendukung program pemerintah dengan sasaran para keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat," kata Putri Koster dalam dialog Interaktif "Perempuan Bali Bicara" di Bali TV, Sabtu (12/9).
Istri Gubernur Bali itu lantas menjalaskan maksud faktor VDJ yakni Pertama, Ventilasi membuka jendela atau pintu pagar agar udara segar mengalir dan menghindari berada di ruangan tertutup khususnya dengan anggota keluarga yang rentan dan keluarga yang sering keluar rumah.
Kedua, Durasi, menyediakan kamar terpisah jika ada anggota keluarga yang harus bekerja di luar rumah dan kurangi interaksi dengan anggota yang rentan.
Ketiga, Jarak yakni jika memungkinkan, anggota keluarga yang bekerja di luar diharapkan menjaga "social distancing" dan menggunakan masker di sekitar keluarga lainnya, khususnya lansia dan balita.
"Selain itu perlu diingatkan untuk menjadi perhatian kita bersama bahwa pada saat ini transmisi COVID-19 telah bermunculan berbagai klaster (klaster pasar, kampus, perkantoran dan lain-lain), begitu juga mulai mengancam unit sosial terkecil yaitu klaster Keluarga. Klaster Keluarga terjadi saat salah satu anggota keluarga terinfeksi virus, lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya sehingga satu rumah tangga tertular COVID-19 saat berada di rumah sendiri," ucapnya.
Baca juga: Putri Koster beberkan strategi optimalisasi peran Dasa Wisma di tengah pandemi
Menurut dia, untuk mencegah transmisi klaster keluarga agar tidak semakin masif dapat dilakukan dengan memperbanyak tes swab massal ke level kelurahan dan dusun oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Selain itu, memperbanyak atau konsisten melakukan edukasi dan sosialisasi komunikasi risiko ke warga, menggandeng tokoh warga atau pemuka agama untuk edukasi, membuat kebijakan untuk membatasi mobilitas warga dan melarang keramaian publik melalui sistem contact tracing diperkuat, serta tetap mematuhi protokol kesehatan di manapun dan kapanpun baik secara individu ataupun berkelompok.
Selain itu, Putri Koster juga mengingatkan agar kader PKK selalu membawa masker lebih di tasnya, sehingga saat menemukan seseorang yang tidak menggunakan masker di jalan, langsung bisa diedukasi sekaligus diberikan masker. "Hal ini sebagai upaya meminimalisasi penularan COVID-19 dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali I Made Rentin mengatakan klaster keluarga menjadi sangat berbahaya karena tranmisi COVID-19 telah masuk ke satuan unit terkecil, yang rtinya segala kebijakan, protokol dan sistem monitoring yang diterapkan oleh pemerintah, tempat publik dan perusahaan tidak bisa menahan tranmisi virus ke lingkungan terkecil yaitu keluarga.
Hal ini diperburuk jika warga yang bergejala enggan melakukan uji swab karena takut stigma atau takut dikucilkan oleh masyarakat namun akhirnya malah menularkan.
Baca juga: Putri Koster ajak kader PKK Bali kreatif produksi masker
Aktivitas warga yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif terjadi pada lingkungan perumahan tanpa Protokol Kesehatan dan Protokol Ventilasi, Durasi dan Jarak (VDJ) yang kuat. Anak-anakpun bisa berperan sebagai carrier virus.
"Pemahaman protokol kesehatan anak-anak tidak sekuat orang dewasa. Anak-anak juga tiga kali lipat lebih sering menyentuh barang dibandingkan orang dewasa, bahkan anak-anak bermain bersama di lingkungan luar rumah," katanya.
Oleh karena itu, disarankan agar jangan melakukan kegiatan berkumpul warga, seperti saling mengunjungi rumah sesama warga, arisan, acara silahturahmi warga, rapat warga, perayaan hari besar negara/agama, kegiatan musik, kegiatan olahraga bersama, kegiatan penyuluhan, dan lain-lain.
Melakukan liburan, piknik atau jalan-jalan ke tempat publik yang ramai juga memiliki potensi membawa virus saat kembali ke lingkungan rumah atau warga. Sebaiknya kegiatan keluarga tetap dilakukan di rumah, yang lebih aman dan sehat.
"Kita hanya memiliki dua pilihan yakni tidak nyaman menggunakan masker atau tidak nyaman menggunakan ventilator," ujar Rentin menegaskan.