Denpasar (Antara Bali) - Pakar marketing Hermawan Kartajaya mengingatkan kepada para pramuwisata di Bali untuk mengedepankan nilai-nilai spiritual, terutama kejujuran dalam melayani wisatawan dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait.
"Keberhasilan individu pramuwisata dalam membangun nilai-nilai spiritual, terutama terkait kejujuran, menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan pemasaran di bidang turisme itu," kata pakar yang bisa mencantumkan identitas "HK" itu dalam paparan tentang "Becoming The Tourist Guide 3.0" di Museum Puri Lukisan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Sabtu (28/1).
Seperti disampaikan Kepala Biro Humas DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali Amos Lillo kepada ANTARA di Denpasar, Minggu, disebutkan bahwa pramuwisata yang tidak bisa membangun kejujurannya, maka tidak akan bisa mengembangkan pemasaran, bahkan tidak dipercaya orang.
"Bagaimana mau mengembangkan dunia pemasaran atau marketing dalam bidang kepariwisataan kalau tidak jujur," ujar HK dalam paparan seminar yang dihadiri Ketua DPD HPI Bali Sang Putu Subaya bersama anggotanya dari berbagai komisariat.
Dalam pemaparan tentang Becoming The Tourist Guide 3.0, Hermawan Kartajaya menegaskan bahwa seorang pramuwisata yang ingin mencapai "marketing 3.0" dituntut memiliki kondisi nilai spiritual yang baik, disamping pengetahuan tentang objek dan orang yang dilayani.
"Singkatnya profesi pramuwisata tidak terpisahkan dari marketing, dan untuk mendapatkan hasil maksimal, maka nilai-nilai spiritual harus dikedepankan, terutama terkait kejujuran," ucapnya.
Menurut Amos Lillo, keberadaan Museum Marketing 3.0 satu-satunya di dunia yang berada di kompleks Museum Puri Lukisan, Ubud, menjadi tempat bersejarah yang sangat penting bagi seseorang untuk belajar mengenai pemasaran berbasis filosofi Tri Hita Karana.
Falsafah Tri Hita Karana bermakna keharmonisan hubungan sesama manusia, kepedulian terhadap lingkungan atau alam sekitar dan kedekatan umat dengan Tuhan-nya. "Karena itu jajaran kami tertarik turut belajar di sini," ucapnya.
Hermawan Kartawijaya juga mengakui bahwa filosofi Tri Hita Karana sangat ampuh bila diterapkan dengan sungguh-sungguh, sehingga bisa menjadi nilai tambah pariwisata Pulau Dewata.
"Dengan demikian kelebihan Bali bukan hanya terletak pada keindahan alam dan keramah-tamahan penduduknya, tetapi sesungguhnya sejauh mana implementasi dari falsafah tradisional tersebut," katanya.(T007)