Gianyar (Antara Bali) - Pengamat masalah sosial, Dr Wayan Suarjaya, menyatakan, Bali kaya akan warisan tari-tarian sakral yang khusus dipentaskan untuk mengiringi dan melengkapi kegiatan ritual.
"Tarian sakral itu mulai dari tari Sanghyang, tari Rejang, hingga tari Pendet," katanya dalam seminar di Bentara Budaya Bali di Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, Kabupaten Gianyar, Selasa.
Mantan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama itu menjelaskan bahwa tari Sang Hyang Jaran misalnya digolongkan tari sakral karena hanya dipentaskan pada saat-saat tertentu, seperti ketika terjadi wabah penyakit.
Bagi masyarakat Hindu Bali hingga sekarang tari itu dipercaya bisa menolak berbagai jenis roh jahat hingga wabah penyakit dengan harapan masyarakat kembali hidup sehat, rukun, aman, nyaman, dan sejahtera.
Sanghyang Jarang merupakan seni tari yang tergolong sakral yang dimainkan oleh sejumlah pria dalam kondisi kesurupan dengan menendang bara api batok kelapa yang ada di tengah arena.
Jenis tarian yang hingga sekarang masih lestari, namun dipentaskan pada saat-saat ritual tertentu diiringi dengan kidung Sang Hyangjaran dan alunan instrumen gamelan.
"Penampilan tari itu diawali dengan ritual nusdus, yakni upacara penyucian medium dengan asap maupun api. Proses selanjutnya adalah pentas (masolah), di mana para penari yang sudah kemasukan roh kuda mulai menari," tutur Wayan Suarjaya.(T007)