Denpasar (ANTARA) - Ketua Penasehat Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Bali, Wirya Subrata, mengatakan Tahun Baru Imlek memiliki makna sebagai wujud "syukur" atas berkat di musim semi.
"Imlek itu sebetulnya bukan suatu kegiatan agama, tetapi sebagai bentuk rasa syukur kita telah lepas dari musim dingin yang mencekam, karena waktu musim dingin nggak bisa bercocok tanam setelah melihat matahari yang hangat cuaca yang cerah kan, jadi kita bersyukur ke suasana yang menguntungkan," katanya dalam acara Tahun Baru Imlek 2571 di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa pelaksanaan Tahun Baru Imlek 2571 tidak hanya dirayakan oleh warga Tionghoa, melainkan semua warga yang merasa bahagia karena telah melewati musim dingin ke musim semi juga bisa ikut merayakan.
Baca juga: Warga Bali persiapkan Imlek di Vihara Dharmayana Kuta
Selain itu, menyambut Tahun Baru Imlek, biasanya setiap keluarga memasang tebu pada bagian belakang pintu masuk yang bermakna hidup di tahun mendatang manis.
"Kalau angpao itu diberikan oleh orang tua untuk anak-anak sebagai hadiah dan restu dari orang tua sebagai doa agar anak itu tidak cepat tua, sedangkan untuk doa kertas merah berarti simbol kebahagiaan," tambahnya.
Ia menyebutkan simbol-simbol lainnya dalam Tahun Baru Imlek berupa Dupa dan Uang Kertas bermakna sebagai simbol persembahan rasa terima kasih kepada Dewa-Dewa.
Baca juga: Desa Adat Kota Denpasar bersama warga Tionghoa sambut Imlek 2571
Letak lampion sendiri berfungsi untuk meramaikan perayaan Tahun Baru Imlek. "Biasanya di lampion itu ada tulisan yaitu bahagia, makmur selain sebagai perhiasan," ucapnya.
Warga Tionghoa juga memiliki cara dalam memberi salam dan bentuk sembahyang disebut Anjali. Untuk sikap mengepal tangan di depan dada bermakna hormat sesama manusia. Selanjutnya, posisi tangan di depan kening berarti berdoa kepada leluhur dan tangan di atas kepala berarti memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ia melanjutkan jika warga Tionghoa memiliki kepercayaan yaitu tidak menyapu atau membersihkan rumah saat hari raya karena dipercaya dapat menyapu rezeki.
"Sebelum kita menyambut kedatangan hari raya kita bersih-bersih dulu, dan pas hari raya Imleknya enggak boleh nyapu karena dipercaya bisa menyapu rezeki. Satu hari sebelum Imlek biasanya sembahyang ke Klenteng sebagai bentuk terimakasih karena Tahun ini berlalu dengan selamat," jelas Wirya.
PSMTI Bali : Tahun Baru Imlek bermakna "Syukur"
Minggu, 26 Januari 2020 5:00 WIB