Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan tingkat inflasi di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, menjelang akhir tahun ini perlu mendapat atensi berbagai pihak agar tetap terkendali.
"Di Singaraja, pada November 2019, tingkat inflasi bulanan sebesar 0,22 persen, dan inflasi yoy sebesar 3,01 persen," kata Trisno, di Denpasar, Bali, Jumat.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, pada November 2019, inflasi di Singaraja di antaranya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 0,42 persen.
Adapun bahan makanan penyumbang inflasi terbesar yakni di antaranya daging ayam ras, buncis, mentimun, bawang merah, pisang, tomat, dan bawang putih.
"Tekanan inflasi menjelang akhir tahun itu biasanya bersumber dari peningkatan permintaan sejalan dengan perayaan Natal, Tahun Baru serta terdapat beberapa perayaan hari besar keagamaan di Bali yakni Saraswati dan Pagerwesi," ujar Trisno.
Baca juga: BI Bali: waspadai inflasi jelang akhir tahun
Selain itu, tambah dia, ketergantungan pasokan pada daerah lain yang tinggi, juga masih menjadi tantangan yang perlu terus diperhatikan.
"Pelaksanaan kerja sama antardaerah dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk pemenuhan pasokan, merupakan salah satu strategi dan kebijakan dalam memastikan ketersediaan pasokan pada tingkat harga yang wajar," ucapnya.
Pihaknya bersama organisasi perangkat daerah (OPD) yang tergabung dalam TPID Provinsi Bali berperan aktif dalam mengawal dan mengendalikan inflasi melalui pemantauan kecukupan stok ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan ekspektasi harga, penggalian informasi dengan instansi terkait, serta melalui forum koordinasi TPID dalam mengambil langkah-langkah antisipasi pengendalian inflasi.
Pihaknya pun telah melaksanakan high level meeting dengan jajaran TPID Singaraja untuk membahas perkembangan inflasi dan strategi pengendalian inflasi, khususnya menjelang akhir tahun.
Baca juga: BI: inflasi di Bali hingga akhir tahun lebih rendah
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Adi Nugroho mengatakan pada bulan November 2019 Kota Singaraja tercatat mengalami inflasi setinggi 0,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK 2012=100) sebesar 145,34. Tingkat inflasi tahun kalender 2,15 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2019 terhadap November 2018 atau yoy) tercatat 3,01 persen.
Adi Nugroho mengemukakan, inflasi (mtm) ditunjukkan oleh meningkatnya indeks pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok V (kesehatan) setinggi 0,52 persen; kelompok I (bahan makanan) setinggi 0,42 persen; kelompok VII (transpor, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,24 persen; kelompok II (makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau) setinggi 0,22 persen; kelompok IV (sandang) setinggi 0,12 persen; serta kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar) setinggi 0,02 persen.
Sedangkan untuk kelompok VI (pendidikan, rekreasi, dan olahraga) tidak mengalami perubahan indeks namun pada subkelompoknya ada yang mengalami inflasi dan deflasi.
Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan inflasi pada bulan November 2019 antara lain daging ayam ras, buncis, ketimun, bawang merah, rokok kretek, tomat sayur, minyak goreng, pisang, bahan pelumas/oli, bawang putih, air kemasan, dan bayam.
Dari 82 kota IHK, tercatat 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) setinggi 3,30 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Malang (Jawa Timur) setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Singaraja menempati urutan ke-37 dari 57 kota yang mengalami inflasi.
BI Bali: Inflasi di Singaraja perlu perhatian
Jumat, 6 Desember 2019 16:26 WIB