Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengajak berbagai pemangku kepentingan di Pulau Dewata agar mewaspadai risiko meningkatnya tekanan inflasi menjelang akhir tahun.
"Tekanan inflasi menjelang akhir tahun itu biasanya bersumber dari peningkatan permintaan sejalan dengan perayaan Natal, Tahun Baru dan liburan akhir tahun serta terdapat beberapa perayaan hari besar keagamaan di Bali yakni Saraswati dan Pagerwesi," kata Trisno, di Denpasar, Selasa.
Di samping itu, ujar dia, ketergantungan pasokan pada daerah lain yang tinggi, juga masih menjadi tantangan yang perlu terus diperhatikan.
"Pelaksanaan kerja sama antardaerah dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk pemenuhan pasokan, merupakan salah satu strategi dan kebijakan dalam memastikan ketersediaan pasokan pada tingkat harga yang wajar," ucapnya.
Menurut dia, TPID harus meletakkan fokus utama pada komoditas penyumbang inflasi pada akhir tahun diantaranya komoditas pada sektor pertanian yaitu bawang merah, cabai rawit, cabai merah, dan beras.
Selain itu, pada sektor peternakan yakni komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras, serta komoditas lain seperti rokok dan tarif angkutan udara.
"Bank Indonesia Provinsi Bali bersama organisasi perangkat daerah atau OPD yang tergabung dalam TPID Provinsi Bali akan berperan aktif dalam mengawal dan mengendalikan inflasi melalui pemantauan kecukupan stok ketahanan pangan, menjaga stabilitas dan ekspektasi harga, penggalian informasi dengan stakeholders atau instansi terkait, serta melalui forum koordinasi TPID dalam mengambil langkah-langkah antisipatif pengendalian inflasi," ucapnya.
Baca juga: Gubernur Bank Indonesia luncurkan Desa Wisata Terpadu Tampaksiring-Bali
Di sisi lain, Trisno mengemukakan, tingkat inflasi Bali pada November 2019 merupakan yang terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Capaian melandainya tekanan inflasi pada November 2019 tersebut, tidak terlepas dari kolaborasi, sinergi dan koordinasi yang terjalin dengan baik antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Bali beserta seluruh unsur TPID untuk menjaga tingkat inflasi menjadi terkendali.
"Padahal, berdasarkan pola historisnya, realisasi inflasi Bali pada bulan November selalu menunjukkan tekanan yang tinggi, terkonfirmasi dari tingginya tingkat inflasi bulanan (mtm) disetiap tahun pada periode November. Namun realisasi inflasi pada periode November 2019 ternyata sangat berbeda dari pola historisnya selama ini," ujar Trisno.
Pada November 2019, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,03 persen (mtm), turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm).
Pencapaian inflasi Bali bulan November ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,14 persen (mtm). Sementara itu secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 2,46 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 3,00 persen (yoy). Dengan demikian, inflasi Bali pada November 2019 masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional 3,5±1 persen (yoy).
Baca juga: BI Bali dorong kabupaten dirikan BUMD Pangan
Sementara itu, di Kota Denpasar terjadi deflasi yang tercatat sebesar -0,01 persen (mtm) sedangkan Kota Singaraja mencatat inflasi sebesar 0,22 persen (mtm).
Di Kota Denpasar, deflasi bersumber dari penurunan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,49 persen, kelompok sandang sebesar -0,26 persen dan kelompok bahan makanan -0,10 persen. Sedangkan kelompok lainnya mengalami inflasi. Sementara inflasi di Singaraja bersumber dari peningkatan harga pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 0,42 persen.
BI Bali: waspadai inflasi jelang akhir tahun
Selasa, 3 Desember 2019 16:34 WIB