Denpasar (ANTARA) - Para seniman muda perwakilan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang menampilkan garapan "Lango Sudhaning Koripan" dan "Tari Bala Bali Dwipa" disambut antusias pengunjung Festival Kelayang 2, Kabupaten Belitung, Minggu.
"Atas undangan Kepala Dinas Pariwisata Belitung, tim kesenian Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menyajikan seni pertunjukan yang terbaru, inovatif dan penuh makna serta didukung oleh para seniman muda yang kreatif," kata Kepala Bidang Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Disbud Bali Ni Wayan Sulastriani di sela-sela menyaksikan garapan tersebut dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Denpasar, Minggu.
Garapan dari Bali itu juga disaksikan Asisten 2 Bidang Ekonomi Pembangun Kabupaten Belitung Jasagung Ariadi, Asisten 3 Bidang Pembangunan Mirang Uganda, Sekretaris Dinas Pariwisata Anita dan beberapa anggota DPRD Kabupaten Belitung.
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bekerja sama dengan Sanggar Gumiart didukung Pengak Men Mersi yang menampilkan garapan "Lango Sudhaning Koripan’, Keindahan sebagai Sarana Ruatan Sang Jiwa" dan "Tari Bala Bali Dwipa", sebuah garapan berjalan (pawai). Karya seni pertunjukan ini didukung oleh enam penari, sembilan penabuh dan satu penari yang juga memainkan alat gamelan terompong.
Kesuksesan penampilan ini , didukung oleh tiga penggarap seni yakni Kadek Wahyudita selaku penggagas dan konsep karya, I Gede Gusman Adhi Gunawan selaku koreografer dan Wayan Sudiarsa yang akrab disapa Pacet berperan sebagai komposer.
Tim kesenian Dinas Kebudayaan Bali dalam Festival Kelayang 2, tampil di dua acara yaitu Parade Pelangi Budaya dan Pentas Seni Budaya Daerah. Keterlibatan Bali dalam ajang seni budaya ini sebagai langkah untuk lebih memperkenalkan kesenian Bali kepada masyarakat luas, utamanya masyarakat Belitung. Ikut dalaam ajang ini juga sebagai upaya mempromosikan Bali.
"Festival ini merupakan "event" nasional yang Top 100 Calender of Events Wonderful Indonesia 2019, sehingga sangat strategis bagi Bali. Selain dapat berpromosi, nantinya akan ada saling kunjung mengunjungi, ajang saling tukar budaya. Kami berharap Belitung juga akan tampil di Bali, baik dalang ajang Pesta Kesenian Bali, atau event lainnya," ucapnya.
Selain sebagai pertukaran budaya, dengan mengikuti festival ini untuk memberikan motivasi kepada sameton (warga) Desa Belitung yang merupakan warga transmigrasi asal Bali.
"Keikutsertaan tim kesenian Bali ini juga untuk memotivasi saudara kita yang ada di daerah transmigrasi agar tetap bersemangat mempertahankan nilai-nikai budaya unik serta kearifan lokal agar tetap lestari. Kami berharap 'sameton' Desa Balitung tetap menjaga warisan para leluhur," ujanya.
Baca juga: Bali "sapu bersih" juara dalam lomba permainan tradisional PKN 2019
Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Pariwisata Kabupaten Belitung, Rohili mengatakan, Festival Tanjung Kelayang 2 yang digelar lima hari (15 -19 November) menampilkan 35 tim kesenian dalam acara pawai dan sebanyak 36 grup yang tampil dalam pementasan seni.
Peserta yang tampil juga melibatkan tim kesemian luar daerah. "Untuk tahun ini melibatkam tim kesenian dari Depok, Jawa Barat dan Bali. Karena itu, konsep yang diangkat dengan tema Pesona Pelangi," ujarnya.
Rohili menegaskan, Festival Tanjung Kelayang 2 masuk dalam Top 100 Calender of Events Wonderful Indonesia 2019 ini memang mengharapkan parsipasi dari luar daerah, termasuk Bali. "Dengan kehadiran Bali ini, festival ini akan menjadi surprise besar. Bali bukan tempat pariwisata nasional, tetapi sudah internasional. Kami sangat bangga, Bali itu destinasi besar, tetapi mau datang ke wilayah kami yang kecil untuk memeriahkan Festival Tanjung Kelayang 2 tahun 2019," ujarnya.
Menurutnya, festival yang diliput oleh media lokal dan nasional, sehingga dengan tampilnya Bali diharapkan dapat menaikkan Belitung sebagai destinasi. "Hadirnya Bali, pamor Tanjung Kelayang akan lebih terangkat. Kedatangan tim Bali untuk pertama kali ini, semoga berlanjut pada kedatangan festival tahun ketiga nanti," ucapnya.
Jujur, lanjut Rohili, masyarakat Belitung sangat antusias dengan kehadiran tim kesenian dari Pulau Dewata ini. Masyarakat Belitung yang heterogen menerima unsur budaya dari mana saja. Apalagi Bali, masyarakat Belitung sangat mengagumi Bali sebagai pariwisata, memiliki seni menarik dan budaya unik.
"Lihat saja, antusias masyarakat Belitung ketika menyaksikan penampilan tim Bali dalam festival 2019 ini. Masyarakat Belitung juga banyak yang berwisata ke Bali. Animo masyarakat Belitung untuk berwisata sangat tinggi. Apalagi ke Bali," ujarnya.
Ketua PHDI Kabupaten Belitung, I Wayan Suta mengaku senang dan bangga atas partisipasi tim kesenian Provinsi Bali ini. Kehadiran tim Bali ini sangat penting yang merupakan inspirasi untuk memajukan kesenian Bali yang ada di Kabupaten Belitung, sehingga dapat menunjang pembangunan pariwisata yang sedang digalakkan Pemerintah Belitung.
"Atas nama lembaga parisada yang mengayomi warga umat Hindu di Kabupaten Belitung dan khususnya warga Hindu di Desa Balitung, kami ucapkan terima kasih atas kedatangan rombongan kesenian Bali," katanya.
Pihaknya berharap dengan kehadiran tim kesenian Bali ini dapat memberi imbas kepada warga untuk menggeluti kesenian milik leluhurnya. Dia juga berharap kepada Bapak Gubermur Bali memberikan dukungan khususnya untuk mengirim pelatih seni tari atau tabuh agar kesenian Bali di Belitung bisa hidup dan berkembang dengan baik.
Baca juga: Seniman muda Bali pentaskan "Candra Bhawa" di Pekan Kebudayaan Nasional (video)
Dalam Parade Pelangi Budaya, tim kesenian Bali menggebrak dengan garapan tari "Bala Bali Dwipa" garapan ini memadukan gerak-gerak ritmik dan diiringi oleh musik gamelan Balaganjur, sebuah ensamble perkusi yang biasa digunakan untuk mengiringi prosesi berjalan.
Para penari menarikan gerak-gerak wayang kulit yang biasa dimainkan oleh dalang, sehingga menjadi sangat klasik dan indah. Sajian seni berjalan ini mendapat aplaus dari para pengunjung pawai yang diantaranya ada wisatawan mancanegara. Garapan pawai bagai pasukan/prajurit Pulau Dewata yang tangguh.
Selain itu, tim kesenian Bali menampil garapan, "Lango Sudhaning Koripan, Keindahan sebagai Sarana Ruatan Sang Jiwa" yang disajikan sangat indah dan menawarkan ide-ide baru yang kreatif. Garapan ini terinspirasi dari degradasi moral melanda dunia hingga titik kehancuran.
Hal ini juga sesuai visi Pemerintah Provinsi Bali yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali, sebagai titik balik memandang dunia dari perspektif "Bali" masa depan mahasurgawi, dicipta untuk tujuan epistemik itu. Para penabuh menabuhkan musik dari seluruh disiplin ilmu, dan menarikan impian-impian cerdas menuju harmoni baru.
Garapan ini menyampaikan pemahaman tentang seni yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pemenuhan rasa estetis manusia semata, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media pengaduan kepada Sang Maha Pencipta, serta media untuk membangkitkan kesadaran untuk memahami kesujatian mikrokosmos dan makrokosmos. Tari ini menggunakan iringan gamelan Singapraga yang menghasilkan nada klasik, manis dan cendrung ilustrasi, tetapi tetap ada aksentuasinya.
Garapan ini menggambarkan kegelapan dunia, tanpa ilmu pengetahuan. Sastra terus dibaca, dipelajari sehingga menemukan titik terang. Pendekatannya memahami diri sendiri (atma kertih) terlebih dahulu, baru kemudian dunia (jagat kerti). Cahaya dari ilmu pengetahuan itu disimbolkan lewat penari kipas berbentuk hiasan lontar. Komposer tampak jeli, walau minim alat namun memadatkan metode ritme, melodi dan modulasi, sehingga tidak terkesan monoton.
Baca juga: Seniman Bali semarakkan Festival Tanjung Kelayang 2
Penari juga kreatif, mula-mula menggunakan properto kipas ental, tiba-tiba berhiaskan terompong dikepala sebagai simbol Dewi Saraswati merangkai ilmu pengetahuannya. Setelah ilmu datang, lalu menyebarluaskan ilmu kepada umatnya yang dugambarkan dengan menarikan wayang bergambar pis bolong (uang kepeng).
Bagian berikutnya, menyajikan seni yang sangat komunikatif, yaitu tampil sambil memberikan workshop. Tim kesenian Bali mengajak para penonton untuk ikut tampil belajar kesenian Bali, lewat penampilan seni kecak. Walau terkesan sangat sederhana, yaitu hanya belajar vokal cak...cak..., namun para pengunjung begitu antusias. Banyak pengunjung yang mencoba, walau tak beranjak dari tempat duduknya. Mereka mengikuti dan menirukan suara pemain cak diatas panggung.
Garapan pada bagian akhir, mengisahkan masyarakat yang telah memahami jagat kertih, merupakan perpaduan semua tumbuhan bermekaran. Seniman yang juga seorang petani, selalu menyajikan aktivitas seni sebagai cermin kegembiraan mereka.
Ekspresi inilah yang disajikan. Ketika tanaman berbunga, berbuah, membuat hati mereka senang, sehingga ada imajinasi ekspresi berkesenian dengan menyajikan kesenian rakyat, seperti janger, kecak, genjek, yang dipadu dengan suara binatang.
Di Belitung, seniman Bali disambut antusias pengunjung "Festival Kelayang 2 Belitung"
Senin, 18 November 2019 5:52 WIB