Denpasar (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengharapkan kondisi perekonomian Indonesia tetap bisa berada di atas 5 persen, meski terjadi perang dagang antarnegara maju sejak tahun 2018.
"Ekonomi dunia sedang mengalami penurunan akibat perang dagang yang terjadi sejak tahun 2018 sehingga dampaknya mulai terasa sekali pada tahun 2019, jadi untuk itu, kita tetap bisa menjaga di atas 5 persen dengan bekerja keras dan waspada," kata Sri Mulyani dalam The 1st ASEAN CPA Conference 2019 di Nusa Dua, Bali, Rabu malam.
Pihaknya berharap tetap bisa mendorong kualitas belanja dan pemerataan belanja. "Kualitas dan pemerataan belanja bisa muncul dan investasi juga tetap kita jaga meskipun memang agak lemah dari yang tadinya sekitar 7 persen sekarang ada di 5 persen," katanya.
Untuk saat ini, tekanan terbesar memang terlihat pada ekspor karena ekspor sedang mengalami "negatif gross", yang tentu akan mengurangi daya dorong ekonomi. Selain itu, impor juga mengalami hal yang sama (negatif gross), karena penurunan dari ekspor terjadi lebih dalam daripada impor.
"Disebutkan juga oleh IMF bahwa investasi mungkin dari sisi confidence bussiness terhadap lingkungan atau mereka beroperasi, ini yang perlu untuk terus kita perbaiki. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia sebetulnya masih tumbuh di atas 5 persen," katanya.
Jika dibandingkan dengan negara - negara lain, salah satunya India, juga mengalami penurunan di bawah 6 persen dan negara - negara Eropa juga mengalami tekanan. Selain itu, jika melihat investasi di Indonesia tahun 2019 juga mengalami tekanan dari berbagai hal, setelah gejolak tahun 2018.
"Mengalami tekanan namun sudah kembali normal pada kuartal kemarin, dan itu di kuartal kedua, sehingga makin mengimbangi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) kita yang tetap tumbuh secara baik," ucapnya.
Baca juga: Sri Mulyani: tingkatkan kualitas pendidikan akuntansi cetak profesional antarnegara
Perbankan juga dari sisi kredit gross, masih relatif terjaga momentumnya, namun perlu dipahami bahwa tekanan yang berasal dari global ini menyebabkan banyak pelaku bisnis tentu harus melakukan kalkulasi terhadap risiko dan ini terlihat dalam indikator PMI (purchasing managers' index) yang menurun.
Menurutnya, impor bahan baku dan barang modal juga mengalami tekanan pada tahun 2018 dan 2019 yang perlu untuk diwaspadai. Dengan begitu, pihaknya mengajak untuk tetap bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi, terutama faktor yang menyebabkan investasi itu mendapatkan tekanan dari global.
"Seperti diketahui, Presiden Jokowi terus-menerus menyampaikan keinginan untuk mempermudah investasi di Indonesia dan ini merupakan suatu yang akan terus diformulasikan oleh para menteri termasuk di dalam mengusulkan registrasi kepada DPR untuk kemudahan investasi tersebut," katanya.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani ajak Tokopedia majukan ekonomi negara