Denpasar (ANTARA) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali memproyeksikan tingkat inflasi di Pulau Dewata hingga akhir 2019 tetap rendah atau berada di kisaran 3 persen.
"Mudah-mudahan inflasi tetap terjaga dan hingga akhir tahun di kisaran 2,8 persen hingga 3,2 persen. Bahkan kami optimis, inflasi di bawah 3 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, di Denpasar, Selasa.
Menurut Trisno, jika inflasi hingga 3 persen saja sudah cukup baik karena sebelumnya ditargetkan inflasi tahun ini 3,5 persen plus minus 1.
"Kalau tahun depan target kita 3 persen plus minus 1 persen. Tetapi tahun depan harus diusahakan di bawah 3 persen," ucapnya saat menghadiri acara pemaparan Outlook Perekonomian Bali 2019 di Kantor Ombudsman Bali.
Trisno berpandangan tingkat inflasi di Bali cukup terjaga karena produksi pertanian Bali cukup banyak. "Kita punya padi, beras, dan hasil pertanian lainnya juga cukup banyak. Jadi tidak terlalu berat seperti Jakarta yang defisit produksinya, tidak punya apa-apa. Bali masih punya padi, telur, kopi, dan sebagainya," ujarnya.
Bahkan dari survei pemantauan harga yang dilaksanakan Bank Indonesia hingga minggu kedua September 2019, malah menunjukkan deflasi karena suplai hasil-hasil produksi pertanian yang cukup banyak.
Trisno menambahkan jika melihat inflasi Bali pada Agustus 2019 tercatat sebesar 0,44 persen (m to m) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,67 persen.
Adapun komoditas penyumbang utama inflasi pada bulan lalu karena biaya pendidikan untuk jenjang SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi dan juga inflasi karena kenaikan harga cabai rawit.
"Yang patut diperhatikan, untuk mengendalikan inflasi ada jurus yang kami sebut 4K yakni keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan dan komunikasi yang efektif," kata Trisno.