Badung (ANTARA) - Bali kini menjajaki pasar ekspor komoditas Salak Gula Pasir khas Pulau Dewata ke sejumlah negara diantaranya Kamboja, Uni Emirat Arab, Vietnam dan China.
"Setelah dilepas perdana oleh Gubernur Bali di Pelabuhan Benoa pada Maret 2019 yang lalu. Kemarin, Badan Karantina Pertanian kembali melepas ekspor sebanyak 773 kilogram Salak Gula Pasir dari Bali ke Kamboja," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, I Putu Terunanegara, di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, salak gula pasir (Salacca edulis) tersebut berasal dari petani di wilayah Kabupaten Tabanan yang dikelola dengan sistem kemitraan oleh pelaku usaha agribisnis, PT. Serena Sejahtera.
Hasil sortiran dari panen petani juga tercatat semakin meningkat, sebelumnya dari hasil panen hanya 40 persen yang bisa diekspor saat ini meningkat menjadi 70 persen. "Hal tersebut karena petani mulai memperbaiki budidayanya sehingga hasilnya sesuai dengan permintaan pasar," katanya.
Putu Terunanegara, menambahkan, ekspor dari wilayah kerjanya mencakup berbagai komoditas diantaranya adalah, anak ayam umur sehari (DOC), sarang walet, mangga, manggis, paprika, kerajinan dari batok kelapa, jerami, vanilla, daun bawang dan enceng gondok.
"Untuk negara tujuan ekspor komoditas yaitu ke Eropa, Amerika, Rusia, Australia, Swiss dan Timor Leste," katanya.
Selain Salak Gula Pasir, pada saat yang sama, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, yang didampingi Kepala Karantina Pertanian Denpasar, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali serta instansi terkait di Bandara Ngurah Rai juga melepas 2,5 ton perdana kakao organik tujuan Belgia dan kepompong tujuan Singapura.
Total nilai ekonomi pelepasan ekspor sejumlah komoditas pada kesempatan tersebut senilai Rp1,7 miliar.
Ali Jamil mengatakan, Kementerian Pertanian terus melakukan upaya dan terobosan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dengan mendorong peningkatan ekspor komoditas pertanian.
"Jadi harapannya, margin keuntungan dari ekspor ini bisa dibagi juga ke petani, syukur-syukur dapat kami tingkatkan lagi dengan diolah, menambah negara tujuan dan ragam komoditas," katanya.
Sebagai fasilitator perdagangan komoditas pertanian, Barantan juga melakukan terobosan dan inovasi layanan. Dengan tugas utama memperkuat sistem perkarantinaan guna menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan melakukan percepatan layanan ekspor.
"Digitalisasi layanan tidak hanya untuk mempercepat namun juga menyiapkan model dan solusi layanan," ujar Ali Jamil.
Selain itu juga dilakukan kerja sama sertifikasi online, "e-Cert". "Sudah menjadi instruksi dari Menteri Pertanian, untuk memperluas kerjasama sertifikat online. Ini akan jadi fokus kami mendorong ekspor," kata Jamil.