Surabaya (ANTARA) - Kaum Muda Nahdlatul Ulama (KMNU) Jawa Timur menggelar pertemuan dengan perwakilan mahasiswa dan pemuda asal Papua untuk menyuarakan gerakan antidiskriminasi dan #PapuaAdalahKita.
"Kami sangat menyesalkan (insiden Papua yang diwarnai isu SARA). Indonesia sudah merdeka 74 tahun, tapi isu-isu mengenai SARA ini selalu menjadi pendulum yang memecahkan bangsa kita sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Perwakilan dari Banser, Abd Rasyid, dikonfirmasi di Surabaya, Selasa.
KMNU bersama tokoh NU Jatim akan datang ke asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Surabaya pada hari ini (20/8) untuk menyapa dan membuktikan bahwa mereka adalah saudara. "Kami ingin masyarakat Papua merasa bahwa tidak sendiri," ujar Rasyid.
Sementara itu, Presidium Gusdurian Jatim Yuska Harimurti mengingatkan pesan almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bahwa dalam hal apa pun harus mengedepankan prinsip kemanusiaan.
"Kami berprinsip bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan, seperti dipesankan Kiai Haji Abdurrahman Wahid," tuturnya.
Sebelumnya, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jatim dan senior Papua di Surabaya telah menggelar pertemuan dengan format cangkrukan di Rumah Dinas Kapolda Jatim, Irjen Pol Luki Hermawan.
Di tempat itu mereka duduk bareng sembari mengabarkan kepada seluruh warga Papua bahwa di Jatim aman. Forum meminta warga Papua tidak terpancing isu tidak benar.
Jaga kebersamaan
Sementara itu, sosiolog dari Universitas Nasional Sigit Rochadi mengatakan elit pemerintahan dan elit masyarakat harus mengajak masyarakat seluruh Indonesia antaretnik untuk menjaga kebersamaan guna meredakan ketegangan antaretnik yang terjadi di Papua dan Jawa Timur.
Menurut dia, pemimpin daerah di Papua maupun Jawa Timur harus memberikan pernyataan yang tidak mendikotomikan antara etnis Papua dan nonPapua, serta harus bersikap simpatik juga tidak memperuncing persoalan.
"Pada elit masyarakat setempat harus mengumpulkan, menyosialisasikan tentang pentingnya menjaga kebersamaan dan itu harus kita akui," kata Sigit di Jakarta (20/8).
Dia mengatakan persoalan terkait ketegangan antaretnik di daerah harus bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah daerah, bukan diselesaikan oleh pemerintah pusat.
Sigit juga menganjurkan pada warga Papua dan etnik lainnya yang berada di luar daerahnya untuk bisa membaur dengan masyarakat kultur lain.
"Orang Papua, kalau di luar Papua jangan hanya berkumpul di kalangan Papua sendiri, harus bergaul dengan kelompok etnik lain Indonesia secara luas. Yang saya sayangkan, teman teman Papua kuliah di Yogya ya asramanya Papua, kuliah di Jakarta khusus Papua, ini tidak memberi pelajaran penting bagi mereka ketika nanti pulang," kata Sigit.
Hal tersebut juga berlaku bagi kelompok etnik lain di Indonesia untuk berbaur dengan masyarakat multikultur ketika merantau di luar daerahnya.
Gagasan dari Sigit tersebut yang rencananya akan dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang bakal mendirikan wisma nusantara yaitu tempat berkumpul para mahasiswa dari berbagai suku di Indonesia yang mengenyam pendidikan di wilayahnya.