Denpasar (ANTARA) - Pengamat hukum, Ariyo Bimmo, mengatakan pelaku usaha pariwisata harus mendukung Provinsi Bali dalam mengatasi permasalahan lingkungan hidup, antara lain sampah plastik dan pencemaran udara, lewat program "Bali Bersih" melalui visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali".
"Wisata kan mengutamakan jangka panjang. Ini kaitannya lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. Jadi ini semua harus dipikirkan secara integral, pelaku wisata jangan hanya pikir sebanyak-banyaknya wisatawan masuk, karena pariwisata bisa merosot bila lingkungan merosot," ujarnya di Denpasar, Senin.
Ariyo meminta para pelaku usaha mulai memberikan edukasi kepada para wisatawan. Contohnya, untuk masalah pencemaran udara, wisatawan disarankan untuk mengurangi bahaya rokok dan beralih ke produk tembakau alternatif yang tidak menghasilkan asap.
Baca juga: Anggota DPR dukung produk tembakau alternatif dari Bali
Sejumlah wisatawan asing yang datang ke Bali pun sudah banyak yang mengetahui tentang produk tembakau alternatif. Hal ini perlu didorong dengan adanya pemberian informasi yang akurat dan regulasi yang mengatur produk tersebut agar ekosistemnya dapat terjaga.
“Edukasi untuk mengurangi asap rokok dan sebagainya bisa dikembangkan. Artinya masyarakat bisa diperkenalkan produk tembakau alternatif sebagai pengganti tembakau. Apalagi industri ini sedang berkembang di Bali,” ujarnya.
Selain itu, Ariyo meneruskan, Pemprov Bali juga dapat menjadikan produk tembakau alternatif sebagai solusi untuk mengurangi dampak bahaya merokok. Apalagi, di beberapa negara, seperti Inggris dan Jepang, juga sudah menggunakan produk tersebut dalam menurunkan jumlah perokok karena memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.
"Ketika pemerintah Inggris misalnya, mengumumkan ini tembakau alternatif risikonya rendah. Konsep ini langsung diterapkan sehingga secara gradual, ada puluhan ribu perokok aktif beralih ke tembakau alternatif," ucapnya.
Baca juga: Kominfo masih bahas aturan iklan rokok di media massa
Untuk itu, Pemprov Bali perlu melakukan riset yang menyeluruh dengan menggandeng swasta dan ahli kesehatan. "Semua harus terlibat sehingga bisa memastikan bahwa produk tembakau alternatif lebih rendah risikonya. Patut dijadikan atau dicoba untuk mengurangi perokok,"ucap dia.
Nyoman Nuarta, Ketua Himpunan Pramuwisata Bali, menambahkan Jepang kini sudah mulai beralih ke produk tembakau alternatif. Ia kerap menemukan beberapa wisatawan Jepang di Bali yang menggunakan produk tersebut.
"Kalau berkaitan dengan wisatawan Jepang yang berlibur ke Bali, hal ini saya rasa tidak ada masalah ya. Apalagi juga tidak ada larangan bagi wisatawan yang ingin membawa dan menggunakan produk tembakau alternatif di Bali," ujarnya.
Baca juga: Paparan asap rokok picu Pneumonia pada balita
Pengamat: pelaku pariwisata harus dukung Pemprov Bali atasi masalah lingkungan
Senin, 8 Juli 2019 16:38 WIB