Denpasar (ANTARA) - Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali menggandengkan sekitar 30 pelaku usaha mikro kecil menengah di Pulau Dewata dengan pengelola usaha menengah/besar agar produk-produk yang dihasilkan dapat menembus pasar atau ritel modern.
"Pengusaha UKM yang hadir kali ini sebelumnya telah diseleksi di tingkat kabupaten/kota. Harapan kami tentu semakin banyak UMKM yang produknya bisa menembus pasar modern sejalan dengan implementasi Pergub No 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali," kata Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Gede Indra Dewa Putra di sela-sela acara Temu Kemitraan UMKM dengan Usaha Menengah/Besar, di Denpasar, Selasa.
Menurut Gede Indra, kendala yang kerap dihadapi pelaku UMKM ketika ingin menembus ritel modern yakni dari sisi kuantitas yang harus memadai dan berkelanjutan, memenuhi sejumlah standar kualitas tertentu dan standar kesehatan, kemasan produk yang menarik, hingga perizinan yang harus lengkap.
"Hal ini menjadi 'PR' bagi kami agar produk-produk yang dihasilkan UMKM dapat 'naik kelas' dan usaha yang digeluti dapat semakin maju dan meningkat," ucapnya.
Jika dilihat dari sisi permodalan, lanjut Gede Indra, relatif pelaku UMKM di Bali tidak masalah, karena sudah ada sedikitnya 10 bank umum, koperasi-koperasi maupun Lembaga Perkreditan Desa yang dapat memberikan kredit dengan bunga yang ringan.
Dalam temu kemitraan tersebut, pelaku UMKM membawa sejumlah produk unggulan yang dihasilkan, ada kelompok makanan, minuman, buah-buahan, beras, dupa, benda kerajinan dan sebagainya.
"Kegiatan seperti ini ke depannya akan kami laksanakan lagi sehingga UMKM di daerah kita dapat semakin maju dan besar," ujar Gede Indra.
Sementara itu, Budiman A Sinaga, selaku Store General Manager Transmart Carrefour (PT Alfa Retail Indonesia) mengatakan pihaknya selama ini telah menyiapkan area tertentu yang difokuskan untuk UMKM di Pulau Dewata.
Di area khusus tersebut, ada 56 UMKM yang telah menjajakan produk untuk kategori oleh-oleh dari Bali, ada produk kerajinan, produk spa, hingga makanan dan minuman.
"Pada prinsipnya kami mencari produk yang berbeda dan unik. Misalnya ada produk-produk spa yang dikemas berbentuk buah-buahan. Di samping itu, tentu untuk ritel modern lebih mengutamakan kualitas produk karena pangsa pasar dan hargnya memang berbeda dengan di pasar tradisional," ucapnya.
Budiman berharap pelaku UMKM dapat mencari keunikannya sendiri dan terus berinovasi, jangan malah menjiplak (copy paste) produk orang lain. "Kalau produk yang dijual sama saja, UMKM akan susah bersaing dengan usaha-usaha yang berskala besar dan modalnya kuat," katanya.
Dinkop Bali gandengkan 30 UMKM dengan pasar modern
Selasa, 25 Juni 2019 14:40 WIB