Jakarta (ANTARA) - Gangguan Asperger (GA) adalah "sahabat dekat" spektrum autisme, yakni high-functioning autism (HFA). Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan GA dengan HFA, misalnya keduanya terdapat maldevelopment berbagai komponen yang berbeda di bagian otak yang bernama cortico-striatal loop systems.
Keduanya memiliki volume substansi putih di otak yang lebih luas, yakni di daerah yang dalam di sekitar area ganglia basalis.
Sedangkan perbedaan GA dengan HFA, misalnya pengaruh HFA pada substansi putih ganglia basalis lebih besar daripada GA. HFA terutama melibatkan sistem substansi putih hemisfer kiri, sedangkan GA terutama memengaruhi sistem substansi putih hemisfer kanan.
Volume substansi putih, di sekitar ganglia basalis, lebih tinggi pada HFA dibandingkan dengan GA. Selain itu, ditemukan penurunan volume corpus callosum terutama di sisi kanan pada HFA dan di sisi kiri pada GA.
Begitu pula di daerah frontal, anak dengan GA terutama kekurangan sisi kanan (right-sided deficits), sedangkan anak dengan HFA kekurangan sisi kiri.
Anak dengan HFA juga memiliki lebih sedikit bagian otak yang bernama frontal and corpus callosal white matter di hemisfer kiri otak.
Gangguan asperger merupakan spektrum dari gangguan perkembangan pervasif nan kompleks, ditandai dengan gangguan interaksi atau fungsi sosial, perburukan menetap dari pola atau fungsi kognisi, komunikasi, sensasi, disertai keterbatasan minat dan pola perilaku yang berulang.
Gangguan Asperger di masa anak diduga akibat kerusakan otak yang diperoleh kemudian di dalam kehidupan. Gejala GA tidak jelas sampai berusia 4 tahun atau lebih. Diagnosis ditegakkan di usia sekolah. Dokter pemeriksa umumnya mengatakan bahwa GA mirip autisme dan sulit dibedakan dengan deficits in attention, motor control and perception (DAMP).
Mulanya ditandai dengan overaktivitas, kurang pengendalian impulse dan kurang perhatian terhadap berbagai hal, dan ada gangguan tidur yang berat. Sekitar usia 3-5 tahun, perlu perhatian khusus di bidang bahasa, keseimbangan, dan inkoordinasi motorik, lalu diagnosis dapat berubah menjadi DAMP. Sekitar usia 6-8 tahun, jelaslah bahwa problem dengan interaksi sosial yang saling timbal-balik cenderung menyimpang dari normal.
Dua Tahun Pertama
Tidak ada gejala yang perlu diwaspadai oleh orang tua maupun dokter. Bila ada, gejalanya tidak jelas dan tidak spesifik, seperti: pola tidur abnormal, kurang peduli, overaktivitas atau terlalu pasif, kemampuan untuk beradaptasi rendah, tatapan aneh, dan tubuh tampak terpaku atau kaku (terfiksasi).
Beberapa anak mulai berjalan sekitar usia 11-13 bulan, sedangkan sebagian besar terlambat berjalan. Sebagian anak tampak senang jika ditinggal sendirian dan tidak diminta untuk memperhatikan sesuatu.
Anak-anak lainnya tampak lebih terganggu selama tahun pertama kehidupan. Mereka banyak menjerit, sulit merasa nyaman, terkadang hiperaktif dan terkadang apatis, tampak nyeri, dan memiliki masalah tidur.
Bahasanya berkembang sangat pesat. Anak dengan GA dapat spontan berkomentar tentang apa yang dilihat atau didengarnya, namun gagal berespons terhadap pertanyaan atau pendekatan baik dari orang terdekat maupun orang asing.
Banyak orang tua yakin, anaknya dapat membaca dengan baik sebelum mulai berbicara. Seringkali ada tatapan kosong saat orang lain mendekati anak untuk berkomunikasi. Beberapa anak dengan GA amat cerdas, rajin, serta memiliki keingintahuan tinggi, terutama tentang lingkungannya. Ini terjadi terutama dalam tiga tahun pertama.
Perkembangan motorik jelas terhambat dan abnormal. Banyak anak dengan GA yang hipoaktif di tahun pertama kehidupannya. Beberapa menunjukkan gerakan abnormal, misal dari tengkurap ke telentang. Kemampuan memulai berjalan ada yang normal dan ada yang tertunda.
Banyak pula anak dengan GA yang terlalu berhati-hati dan tidak mau memulai aktivitas yang berpotensi membahayakan. Beberapa orang tua merasa anaknya "berkilau", "profesor kecil", atau bahkan "unik" untuk anak seusianya.
Usia 3 – 5 tahun
Satu dari tiga anak dengan GA sedikit berbicara atau bahkan tidak berbicara sama sekali di usia tiga tahun. Anak lelaki dengan GA biasanya menunjukkan sedikit atau tidak ada ketertarikan dengan anak seusianya. Ia dapat mengganggu anak lainnya tanpa perasaan, mengambil barang miliknya, atau mendorongnya dengan kasar.
Anak perempuan dengan GA (dan beberapa anak lelaki) terkadang lebih tertarik kejadian yang tampaknya "sosial", dan dapat sangat mengidolakan (hingga "mengkultuskan") dan terpaku pada profil seseorang artis, orang terkenal, atau hewan piaraan.
Beberapa di antaranya suka membaui, merasakan, atau bahkan menggigit orang dan benda hingga menimbulkan iritasi dan ketakutan. Beberapa anak dengan GA di usia ini menunjukkan talenta yang luar biasa dan istimewa di bidang: komputer, geografi, matematika, atau olahraga. Orang tua amat peduli pada kurangnya empati yang dimiliki oleh anak-anak dengan Asperger.
Mereka berusaha menenangkan orang tua dengan mengatakan bahwa mereka tidak khawatir kekurangan teman karena mereka merasa dapat melakukan dan menyelesaikan semuanya dengan sempurna tanpa teman. Mereka tidak ingin menghabiskan waktunya bersama teman sebaya.
Anak-anak lelaki dengan GA adalah pembaca yang baik dan terampil, namun kemampuan dan keterampilan mereka di dalam berbicara dan berkomunikasi spontan masih terbatas.
Tahun-tahun awal sekolah
Mulai usia 6 tahun hingga usia pra-remaja akhir (late pre-adolescent), gambaran klinis mulai tampak nyata. Meskipun demikian, gejala yang khas biasanya jelas di usia 8-10 tahun.
GA ditandai gejala egosentris yang nyata (extreme egocentricity), seperti: ketidaksesuaian perilaku sosial dan emosional. Dalam berkomunikasi cenderung provokatif atau terlalu lugu, polos, jujur, apa adanya. Terlalu jujur ini dapat menjadi masalah, karena anak dengan gangguan Asperger tidak memahami aturan sosial, tidak dapat menilai situasi, dan tidak menyadari bahwa "setiap perkataan ada tempatnya tersendiri" dan "tidak semua perlu dikatakan".
Meskipun mereka yang lama bergaul dengan anak dengan GA dapat menjulukinya sebagai "bunglon sosial" (social chameleons) atau "Zelig syndrome", namun sifat egosentris ini akan membuatnya kesulitan untuk mendapatkan sahabat sejati.
Sebagian bahkan beranggapan bahwa buku lebih menarik dan menyenangkan daripada sahabat. Bila berlanjut, maka keadaan ini akan menjadi parah. Ia akan menjadi tampak kehilangan, sedih, dan bermuram durja. Bahkan, akhirnya ia tidak tahu bagaimana cara untuk bertahan dan mengisi hidup.
Pola Ketertarikan Sempit
Gejala ini sering terlihat sangat nyata selama usia sekolah. Anak lelaki dengan GA seringkali mengumpulkan berbagai fakta tentang aspek-aspek tertentu dari lingkungan, mempelajarinya, dan menghafalnya di dalam hati.
Beberapa anak perempuan dan sedikit anak lelaki dengan GA tampak memiliki sedikit minat, hobi, ketertarikan, bahkan tidak punya sama sekali. Ada juga kecenderungan selalu berkata "tidak" untuk semua hal. Karakteristik ini sering disebut negativism atau pathological demand avoiders.
Bagi orang dewasa, untuk duduk dan mendengarkan monolog anak dengan GA barangkali menarik. Namun, lama-kelamaan hal ini menjadi sangat membosankan, terutama untuk mendengarkan semua hal detail.
Anak berusia sebaya terkadang juga menjadi terkesan oleh semua pengetahuan yang dimiliki anak dengan GA ini, dan menganggapnya spesial, fantastik, jagoan cilik, dan menjadi pusat perhatian semua orang.
Namun, lama-kelamaan, terjadi hal yang sebaliknya. Ia dapat dianggap menggelikan, aneh, bahkan gila! Ini dapat menjadi awal dari gangguan atau gertakan yang sering diterima anak dengan GA, sehingga membuatnya menjadi depresi atau berusaha bunuh diri.
Terkadang ada dua atau tiga ketertarikan pada waktu yang sama. Ketertarikan ini dapat datang dan pergi. Persoalannya, bukan ketertarikan itu sendiri, melainkan karakter dari hubungan seseorang dengan ketertarikan itu yang menjadi masalah.
Individu dengan GA begitu menyibukkan diri, "tenggelam", asyik, menyibukkan dirinya sendiri dengan hobi atau minatnya yang tidak saja membosankan, namun sering juga menyakitkan orang lain. Begitu banyak waktu, energi, dan pikiran yang terbuang dan tersita, sampai tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk melakukan hal lainnya.
*) dr Dito Anurogo MSc adalah dosen tetap FK Unismuh Makassar, pengurus LP3I Adpertisi, Director Networking IMA Chapter Makassar, alumnus S-2 IKD Biomedis FK UGM Yogyakarta, dokter literasi digital, pegiat literasi Forum Lingkar Pena Makassar Sulawesi Selatan, dan penulis puluhan buku
Memahami gangguan Asperger pada anak
Kamis, 4 April 2019 17:41 WIB