"Penting bagi kita menyosialisakan kepada masyarakat bahwa anak dengan spektrum autisme butuh kesetaraan juga, baik dalam pendidikan, pekerjaan dan dunia sosial. Mereka (anak dengan autisme) sama dengan kita, cuma yang membedakannya, mereka punya masalah dengan kemampuan sosialnya. Jadi bagaimana kita sebaiknya bersikap juga perlu dipahami," kata Nyoman Andika saat ditemui di Denpasar, Bali, Rabu.
Ia mengatakan anak dengan gangguan spektrum autis membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitarnya dan juga ruang untuk bisa bersosialisasi. Kata dia, diharapkan tak ada lagi bullying maupun sikap semena-mena terhadap anak penderita autis.
"Ke depannya diharapkan tak ada lagi terjadi bullying dan anggapan bahwa anak-anak dengan spektrum autis itu tidak normal, juga anggapan mereka adalah lelucon, apalagi mencemooh mereka, sudah, semoga tidak ada lagi. Butuh banyak pihak yang harus membantu menyosialisasikan terkait ini," katanya.
Baca juga: Pentas seni Anak Autis Kota Denpasar meriahkan Hari Peduli Autis Sedunia
Baca juga: Pentas seni Anak Autis Kota Denpasar meriahkan Hari Peduli Autis Sedunia
Ia juga meminta kepada pemerintah, swasta dan masyarakat mau peduli dengan anak-anak menderita autis dengan memberikan akses pada semua lini. Dari pemerintah maupun swasta bisa memberikan kesempatan bekerja dan tempat khusus bagi mereka bersosialisasi.
Untuk pendidikan, kata Andika, sudah ada beberapa sarana pendidikan yang mendorong anak-anak berkebutuhan khusus untuk berkembang. Salah satunya, melalui layanan di PLA, dengan bergabung di kelas transisi dan terapi.
Selama masa pandemi ini banyak kegiatan di Pusat Layanan Autis Kota Denpasar tidak dilakukan karena dikhawatirkan dapat menciptakan klaster baru. Salah satunya, pelaksanaan terapi bagi para anak didik.
Baca juga: K3S Denpasar serahkan alat bantu siswa disabilitas
Ia menambahkan untuk pelaksanaan terapi juga melibatkan orang tua dari anak didik, yang sebelumnya telah diberikan pemahaman terkait prosedur terapi itu. Selanjutnya, orang tua akan diminta mengirimkan perkembangan si anak melalui video, pengisian formulir dan lainnya.
"Pada masa adaptasi baru ini, kami akan memodifikasi metode-metode terapi yang kami gunakan. Kami berharap bisa melakukan kegiatan kembali. Selain itu, regulasinya nanti jelas sehingga bisa melayani anak-anak berkebutuhan khusus di sini dengan baik," katanya.
Baca juga: K3S Denpasar serahkan alat bantu siswa disabilitas
Ia menambahkan untuk pelaksanaan terapi juga melibatkan orang tua dari anak didik, yang sebelumnya telah diberikan pemahaman terkait prosedur terapi itu. Selanjutnya, orang tua akan diminta mengirimkan perkembangan si anak melalui video, pengisian formulir dan lainnya.
"Pada masa adaptasi baru ini, kami akan memodifikasi metode-metode terapi yang kami gunakan. Kami berharap bisa melakukan kegiatan kembali. Selain itu, regulasinya nanti jelas sehingga bisa melayani anak-anak berkebutuhan khusus di sini dengan baik," katanya.