Produk industri strategis yang telah berhasil diekspor Indonesia adalah 15 gerbong kereta api buatan PT INKA untuk pengiriman tahap pertama dari total 250 gerbong pesanan Bangladesh dan 14 unit bus buatan CV Laksana ke Bangladesh.
“Artinya kita ingin bukan hanya produk kelapa sawit atau produk-produk yang memiliki multiplayer effects, tetapi produk industri strategis yang menyerap tenaga kerja dan ada nilai tambahnya,” kata Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri RI Ferdy Piay dalam seremoni ekspor bus produksi CV Laksana ke Bangladesh, di sela-sela pameran Busworld South East Asia, di JlExpo Kemayoran, Kamis.
Pengiriman empat unit bus eksekutif dan 10 unit bus tingkat (double decker) produksi CV Laksana ke Bangladesh menjadi capaian baru dalam upaya Indonesia memanfaatkan peluang pasar non-tradisional guna mendorong peningkatan ekspor nasional.
Ekspor bus dengan nilai penjualan 808 ribu dolar AS atau sekitar Rp11,41 miliar ini juga merupakan salah satu realisasi dari komitmen pemerintah Indonesia dan Bangladesh untuk meningkatkan kerja sama ekonomi.
Bukan hanya Bangladesh, Ferdy menjelaskan bahwa saat ini Kemlu melalui perwakilan-perwakilan RI di luar negeri sedang melakukan pendekatan untuk memperkenalkan berbagai BUMN nasional untuk menawarkan produk atau jasa yang mereka hasilkan.
Di Sri Lanka, misalnya, Indonesia sedang menjajaki kerja sama pengerjaan proyek yang kini sudah masuk tahap bidding.
“Kita juga menjajaki ekspor gerbong kereta ke Sri Lanka, yang kalau deal artinya kita bisa kirim sebanyak kira-kira 90 gerbong kereta ke sana,” kata Ferdy.
Sementara di Bangladesh, Indonesia menjajaki kerja sama untuk proyek konstruksi dan konektivitas laut.
Menurut Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Azmal Kabir, Indonesia memiliki industri strategis yang bagus dan layak diekspor, salah satunya gerbong kereta api produksi PT INKA.
Ke depan, ia berharap pelaku usaha Indonesia dan Bangladesh bisa lebih mengeksplorasi peluang bisnis untuk dikerjasamakan.
Neraca perdagangan Indonesia-Bangladesh tahun lalu menunjukkan surplus 1,79 miliar dolar AS di pihak Indonesia. Surplus juga dinikmati Indonesia dalam hubungan perdagangan dengan India, yakni sebesar 8,7 miliar dolar AS dan dengan Pakistan sebesar 1,8 miliar dolar AS.
Saat ini, Indonesia juga sedang mendorong pembahasan perjanjian dagang istimewa atau preferential trade agreement (PTA) dengan Bangladesh yang diharapkan rampung pada 2020.
Baca juga: Indonesia pertama kalinya ekspor bus ke Bangladesh
Baca juga: INKA kirim kereta ke Bangladesh
Baca juga: Bangladesh tawari investor Indonesia kawasan ekonomi khusus
(AL)