Denpasar (Antaranews Bali) - Pelestarian seni budaya menjadi elemen penting dalam derap pembangunan Kota Denpasar yang tertuang dalam visi misi sebagai kota kreatif berwawasan budaya, yakni salah satunya berkompetisi membuat dan mengkreasikan tradisi kuliner tradisional "Ngelawar, Sate Renteng dan Banten Prani".
Kegiatan yang diselenggarakan pada Jumat (22/2) di halaman Kantor Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, merupakan acara rutinitas kompetisi yang rutin digelar Pemkot Denpasar yang dihadiri para seniman, budayawan, tokoh adat serta pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar I Gusti Ngurah Bagus Mataram mengatakan lomba "Ngelawar, Sate Renteng dan Banten Prani" yang diikuti siswa-siswi se-Kota Denpasar tahun 2019 dilaksanakan serangkaian HUT ke-231 Kota Denpasar dan Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1941.
"Pelaksanaan kegiatan tersebut bertujuan sebagai langkah pelestarian seni kebudayaan di Kota Denpasar," katanya.
Ia mengharapkan keterampilan yang telah mereka latih menjelang mengikuti lomba ini dan diterapkan pada saat mengikuti lomba dapat nantinya mereka terapkan saat terjun di masyarakat sebagai suatu keterampilan dalam mengikuti prosesi agama dan adat istiadat di Bali.
"Setiap tahunnya peserta kita ubah baik dari tingkatannya baik SD, SMP maupun SMA dan juga diubah jumlah pesertanya. Diakhir pelaksanaan lomba lawar, sate renteng dan banten prani ini akan langsung diserahkan apresiasi berupa piala dan piagam bagi para juaranya," ucap Ngurah Mataram.
Juara pertama lomba membuat "Sate Renteng" diraih SMP Widya Sakti Denpasar melalui seorang perwakilannya I Ketut Yudiantara mengatakan persiapan sudah dilakukan timnya sejak pukul 06.00 Wita dan menyiapkan bumbu serta alat -alat membuat Sate Renteng.
Seorang tim juri lomba tersebut I Gede Anom Ranuara mengatakan bahwa "Ngelawar, Meprani dan membuat Sate Renteng" merupakan salah satu kearifan lokal di Bali. Dimana, hal ini merupakan sarana upakara yang diatur dalam tattwa agama.
"Sehingga eksistensinya harus terus dijaga sebagai salah satu sektor ekonomi kreatif. Dengan demikian, lomba ini bukanlah semata-mata untuk mencari juara, tapi bagaimana kita mensosialisasikan tata cara ngelawar, mebuat sate rentang dan membuat prani yang sesuai dengan tattwa agama Hindu," ujar Anom Ranuara.
Ia mengatakan tingkat kesulitannya mungkin saat memotong bagian perbagian daging sebagai bahan baku utama Sate Renteng. Mengikuti lomba ini saja sudah membanggakan, apalagi setelahnya dinyatakan meraih juara I untuk kategori lomba membuat Sate Renteng tentu sangat senang rasanya.
"Kami berharap lomba ini dapat terus dilaksanakan untuk terus menjaga kelestarian adat tradisi serta budaya di Kota Denpasar. Kami sebagai generasi muda siap berperan untuk turut serta didalamnya," katanya. (*)
Pemkot Denpasar gelar lomba kuliner "Ngelawar, Sate Renteng dan Banten Prani"
Sabtu, 23 Februari 2019 11:31 WIB