Denpasar (Antaranews Bali) - Real Estat Indonesia (REI) Bali mengharapkan harga rumah subsidi dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan atau FLPP tahun 2019 naik sekitar 7,5 persen dari harga yang ditetapkan saat ini mencapai Rp148,5 juta.
"Kami harap naik minimal 7,5 persen tetapi sepertinya tidak sesuai dengan keinginan kami karena banyak pertimbangan tahun depan kemungkinan 5 persen," kata Ketua REI Bali Pande Agus Permana Widura di Denpasar, Senin.
Menurut dia, dengan rencana kenaikan sebesar 5 persen itu maka harga FLPP di Bali mencapai sekitar Rp158 juta tahun 2019.
Dia menjelaskan nilai tersebut belum cukup menjangkau harga lahan di beberapa kawasan di Bali yang tergolong mahal dan melampaui harga FLPP tersebut.
Karenanya, lanjut dia, pihaknya mengharapkan harga FLPP bisa meningkat 7,5 persen atau kisaran Rp190 juta dengan pertimbangan harga lahan yang tinggi.
Pengusaha muda itu mengaku minat masyarakat di Bali memiliki rumah tergolong besar, namun harga lahan yang tinggi menjadi kendala utama tidak semua masyarakat di seluruh Pulau Dewata memiliki hunian tersebut.
FLPP, kata dia, baru bisa diterapkan di empat kabupaten dari sembilan kabupaten/kota di Bali yakni Buleleng, Karangasem, Jembrana dan Tabanan.
Pihaknya mengatakan pembangunan rumah murah itu hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai 2.000 unit, 1.500 unit di antaranya sudah dibangun di Buleleng, sisanya unit terbatas di Jembrana, Tabanan dan Karangasem.
Khusus Kabupaten Karangasem, kata dia, saat ini sudah mulai dilakukan transaksi kembali setelah sebelumnya sempat terhenti akibat erupsi Gunung Agung dan kenaikan harga pasir yang sempat terjadi sebelum dan setelah erupsi.
Dengan adanya kendala harga lahan yang mahal dan pascaerupsi Gunung Agung mengakibatkan target hingga akhir tahun 2018 mencapai 3.500 unit tidak tercapai.
Ia juga mengharapkan dukungan dari banyak perbankan untuk menjadi mitra dalam proses pembiayaan rumah rumah tersebut.
"Kami optimistis FLPP di Bali karena program bagus untuk masyarakat Indonesia dan Bali masih butuh meski ada beberapa kendala seperti harga lahan masih tinggi," ucapnya. (ed/*)