Negara (Antaranews Bali) - Panen hasil tangkapan ikan nelayan Kabupaten Jembrana, Bali dihadang badai, sehingga membuat mereka tidak leluasa untuk menebar jaring.
"Ombak serta angin di tengah laut besar sekali. Kami jadi tidak bisa leluasa menebar jaring," kata Akim, salah seorang nelayan anak buah perahu selerek, yang merupakan jenis perahu yang digunakan nelayan Jembrana untuk melaut, di Negara, Selasa.
Nelayan dari Desa Pengambengan, Kecamatan Negara ini mengatakan, akibat badai tersebut banyak nelayan yang memilih untuk libur sementara, karena juga sulit mendapatkan ikan dalam jumlah banyak.
Kuatnya badai di laut ini juga disampaikan Madek, nelayan lainnya saat ditemui di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan, sesaat sebelum ia berangkat melaut.
Ia mengatakan, ombak laut seringkali lebih tinggi dari perahu yang ia tumpangi, sehingga berkali-kali tubuhnya dihempas air laut.
"Ombak besar seperti itu biasa terjadi pada bulan-bulan ini karena arah angin berubah dari musim timur ke musim barat. Bagi nelayan, ombak besar seperti itu sudah biasa," katanya.
Meskipun perahunya seringkali diangkat ombak kemudian dihempaskan lagi ke bawah, ia mengaku, tidak ada perasaan khawatir karena sudah terbiasa menghadapi cuaca seperti itu.
Menurutnya, selain sulit untuk menebar jaring, badai juga membuat nelayan tidak berani melaut terlalu jauh karena berbahaya.
"Sekarang ini kami paling jauh melaut dengan jarak tempuh satu jam dari pelabuhan. Kalau cuaca baik, biasanya bisa melaut lebih jauh dengan jarak tempuh tiga sampai empat jam," katanya.
Saleh, nelayan lainnya mengaku, juragan panggung atau kapten perahu yang ia tumpangi memilih untuk libur, karena cuaca buruk membuatnya tidak banyak bisa menangkap ikan.
Ia mengatakan, karena terjangan ombak dan angin, ia bersama nelayan anak buah perahu selerek lainnya hanya bisa sekali menebar jaring, sementara saat cuaca bersahabat bisa sampai empat kali.
"Karena hanya bisa satu kali menebar jaring, hasil tangkap kami juga berkurang. Biasanya bisa mendapat sepuluh sampai lima belas ton, sekarang paling hanya satu atau dua ton," katanya.
Memaksa menebar jaring saat badai datang, menurut para nelayan ini, bisa menyebabkan perahu terseret arus, bahkan terbalik atau tenggelam.
Nelayan perahu selerek yang sentranya berada di Desa Pengambengan, baru sekitar tiga bulan terakhir menikmati hasil tangkap yang melimpah setelah sekitar dua tahun paceklik. (ed)
Badai gagalkan panen ikan nelayan Jembrana
Selasa, 6 November 2018 16:20 WIB