"Pada dasarnya dari mulai Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua memiliki potensi kebencanaan, umumnya gempa karena berada pada jalur sesar yang panjang," kata Rudy di Jakarta, Rabu.
Namun, menurutnya gempa yang muncul tingkatannya berbeda antarwilayah, tergantung kondisi geologi masing-masing.
Masyarakat diimbau untuk memantau jalur-jalur sesar, apakah wilayahnya dilalui patahan-patahan secara langsung.
"Wilayah mana saja, petanya bisa dilihat di laman geologi Kementerian ESDM. Kalau sudah tahu maka mitigasi bencana perlu dilakukan, misalnya tidak membangun rumah dengan bahan yang berat-berat, " jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa gempa bumi belum bisa diprediksi kapan akan terjadi, di mana dan berapa besar magnitudanya.
"Hingga saat ini, yang dapat diprediksi adalah potensi maksimum magnituda dan dampak intensitasnya," ungkap Rudy.
Terkait gempa bumi dan tsunami yang terjadi di wilayah Palu-Donggala, ia minta semua pihak berdoa agar tidak ada lagi gempa besar.
Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap gempa susulan dan tetap mengikuti arahan lembaga berwenang, serta tidak mempercayai berita yang tidak jelas sumbernya.
Sumber gempa bumi di Indonesia berasal dari zona subduksi dan sesar aktif di darat. Zona subduksi membentang di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membelok di Kepulauan Maluku yang membentuk palung laut. Zona subduksi juga sebagai sumber pembangkit tsunami.
Sesar aktif di darat tersebut antara lain Sesar Besar Sumatera yang memanjang dari utara sampai selatan di Pulau Sumatera. Sementara di Pulau Jawa terdapat Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Baribis dan Sesar Opak.
"Selain itu terdapat Sesar Belakang Busur Flores di utara Kepulauan Nusa Tenggara, Sesar Palu-Koro di Sulawesi Tengah, Sesar Tairura-Aiduna, Sesar Sorong dan lain lain," imbuh Rudy.
Gempa bumi masih belum bisa diramalkan kejadiannya, yang dapat dilakukan adalah mendelineasi sumber gempa bumi, mengestimasi periode ulang gempa bumi, Menentukan parameter tiap sumber gempa bumi, serta menghitung potensi Mmax.
Badan Geologi Kementerian ESDM senantiasa melakukan upaya mitigasi bencana dengan memetakan daerah yang pernah terjadi tsunami yang disajikan dalam peta rawan gempa bumi dan tsunami. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa bumi dan tsunami secara rutin disampaikan kepada seluruh pemerintah daerah.
Terkait gempa yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Geologi telah membuat Peta KRB Gempa bumi Provinsi Sulawesi Tengah, Peta KRB Tsunami Teluk Palu dan Peta Mikrozonasi Gempa bumi Palu.
"Di mana pun, wilayahnya harus melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami. Penataan ruang hendaknya berbasis kebencanaan termasuk semua infrastruktur bangunan harus mempertimbangkan aspek kegempaan. Ini salah satu upaya mitigasi pengurangan resiko bencana geologi," jelas Rudy. (WDY)