Bangli, (Antaranews Bali) – Kematian ibu melahirkan anak di rumah sakit (RS) kabupaten Bangli, antara Januari hingga Juni 2018, dari total 472 persalinan di RS Bangli, tidak ditemukan kasus kematian ibu melahirkan atau nol, meskipun terdapat satu kasus kematian bayi baru lahir.
“Tidak ada ibu yang meninggal usai melahirkan di RS Bangli,” kata dr. I GA Gede Agung Wiradharma, M.Sc.,S.Pa, ketua GRSSI-B RS Bangli, dalam laporannya kepada Tim Penilai Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (GRSSI-B) Provinsi Bali dipimpin oleh Dr. Putu Camellia dan dihadiri pula oleh Bupati Bangli Made Gianyar, demikian keterangan pers nya di Bangli, Kamis.
Walau pun begitu, untuk memaksimalkan pelayanan kepada ibu dan bayi, GRSSI-B di RS Bangli membuat inovasi OK ponek dengan sarana pendukung pendidikan dokter muda (Sarana CCTV interaktif) serta pengembangan teknologi informasi supervise RS (Case Manager Real Time/CMRT) untuk peningkatan koordinasi pelayanan pasien Obgyn, tambah Wiradharma.
Bupati Bangli I Made Gianyar mengatakan, meskipun selama ini Rumah Sakit (RS) Bangli sudah memberikan pelayanan yang baik kepada ibu hamil dan bayi baru lahir, pihaknya ingin RS Bangli bisa lebih meningkatkan kualitas pelayanannya, untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Bangli.
Hal ini disampaikan Bupati Made Gianyar saat menerima Tim Penilai Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (GRSSI-B) Provinsi Bali, Selasa (21/8) di ruang pertemuan RS Bangli.
Lebih lanjut, Bupati Made Gianyar menginginkan ibu hamil di Kabupaten Bangli, ibu melahirkan, ibu dalam masa nifas dan bayi di bawah lima tahun selalu mendapat prioritas pelayanan dan menjadi antensi tidak hanya oleh rumah sakit. “Tetapi semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempudan dan Perlindungan Anak, Puskesmas dan lainnya, sehingga AKI dan AKB di Bangli bisa ditekan, bahkan dinolkan.
“Kita sudah intruksikan semua OPD terkait agar ibu hamil, ibu melahirkan, ibu dalam masa nifas dan bayi dibawah lima tahun agar mendapat atensi lebih”tambah bupati.
Terkait dengan penilaian GRSSI-B ini, Bupati Made Gianyar mengatakan, penilaian ini merupakan bentuk atensi pemerintah terhadap program GRSSI-B. “Sama seperti sekolah kita belajar setiap hari, tolak ukurnya ada ujian tengah semester, ada ujian semester. Dan penilaian ini, merupakan evaluasi terhadap kinerja GRSSI-B RS Bangli selama satu satu kebelakang”terangnya.
Sementara Ketua tim penilai GRSSI-B Provinsi Bali Dr. Putu Camellia pada kesempatan itu menyampaikan, berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia. Salah satu melalui program gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan bayi (GRSSI-B).
Dr Putu menjelaskan juga, secara nasional target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030, untuk Angka Kematian Ibu (AKI) 70/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) 12/1000 KH. Sementara target RPJMN tahun 2019, untuk AKI 306/100.000 KH dan AKI 24/1000 KH. Sedangkan untuk di Provinsi Bali tahun 2017, sudah tercapai untuk AKI 68,6/100.000 KH dan AKB 4,8/1000KH atau sudah di bawah angka nasional.