Jakarta (Antaranews Bali) - Koleksi lima Istana Kepresidenan yang dipamerkan di Galeri Nasional berupa 45 karya lukisan, patung dan seni kriya dari 34 seniman Indonesia dan mancanegara mengungkap persahabatan antarbangsa dan diplomasi Indonesia di masa lalu.
Pameran yang digelar di Galeri Nasional sepanjang bulan Agustus tersebut berasal dari Istana Kepresidenan Jakarta, Istana Bogor, Istana Tampaksiring, Istana Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Cipanas.
Menurut Amir Sidharta yang menjadi kurator pameran bertajuk "Indonesia Semangat Dunia" bersama dengan Watie Moerany di Jakarta, Jumat malam, pameran ini mencerminkan persahabatan antarbangsa dan diplomasi budaya Indonesia di masa lalu.
Dalam mempersiapkan pameran itu, para kurator dan tim riset meneliti informasi latar belakang sejarah setiap karya yang dipamerkan dengan mencari berbagai materi arsip yang ada pada keluarga para perupa, di museum-museum, perpustakaan dan media massa di Indonesia dan di berbagai negara.
Di antara karya seni itu, patung Sang Penombak karya Roberto Juan Capurro diberikan oleh Presiden Argentina Dr Arturo Frondizi kepada Presiden Soekarno sekaligus mempererat hubungan kedua negara.
Sebelumnya, Presiden Sukarno berkunjung ke Argentina pada 1959 dan melihat patung Sang Penombak di Museum Seni La Boca dan menyatakan kekagumannya pada karya itu.
Mengetahui hal tersebut, Presiden Argentina Dr Arturo Frondizi menawarkan sebuah edisi patung itu sebagai kenangan atas kunjungan Soekarno. Presiden Sukarno pun menerima tawaran tersebut.
Selanjutnya, lukisan Berburu Banteng yang menjadi salah satu dari beberapa lukisan tentang perburuan karya Raden Saleh Syarif Bustaman.
Karya ini menjadi suatu contoh dari diplomasi budaya antara Indonesia dan Belanda karena lukisan Berburu Banteng II dibuat sebagai hadiah kenang-kenangan Raden Saleh kepada Raja Willem III sebelum sang pelukis pulang ke Jawa pada 1851.
Bersama lukisan Raden Saleh yang berjudul Perkelahian dengan Singa, lukisan tersebut dihadiahkan Ratu Belanda Juliana kepada pemerintah Indonesia hampir seratus dua puluh tahun kemudian ketika Presiden Soeharto berkunjung ke Belanda pada 1970.
Selanjutnya, persahabatan antarbangsa juga tersirat dalam pembuatan koleksi kristal eksklusif yang dinamakan Asian Artists in Crystal.
Pada pertengahan 1950-an perusahaan kaca Steuben melibatkan perupa dari 16 negara Asia termasuk Indonesia dalam program kerja sama budaya menciptakan koleksi kristal eksklusif yang dinamakan Asian Artists in Crystal.
Di antara tiga puluh enam kristal dalam program tersebut, terdapat tiga karya perupa Indonesia, yaitu Bima dan Ular karya Basoeki Abdullah, Tarian Pura karya Agus Djaya, dan Ngaben karya Made Djata.
Koleksi tiga kristal Indonesia diserahkan oleh Duta Besar Amerika untuk Republik Indonesia Howard Jones kepada Presiden Soekarno di Istana Cipanas pada 1 Agustus 1959, ketika Presiden Sukarno memperkenalkan kabinetnya kepada korps diplomatik.
Selain itu, karya-karya seni di pameran itu menampilkan sejumlah aspek semangat yang di antaranya semangat perjuangan atau kemerdekaan, keragaman, kerja sama, kreativitas,globalisasi dan masa depan.
Dalam kunjungannya ke Hungaria pada 1960 dan 1961, Presiden Soekarno mengunjungi studio Str?bl dan memesan belasan patung, termasuk patung Pemanah, yang dalam pengertian Sukarno, merupakan lambang kesatriaan bangsa Timur dan Selatan.
Patung-patung itu kemudian dibawa ke Indonesia dan menghiasi halaman depan Istana Negara yang menghadap Jalan Veteran,? Jakarta.
Salah satu edisi dari prototipe patung Pejuang Soviet dihadiahkan Angkatan Bersenjata Uni Soviet kepada Presiden Soekarno pada 11 September 1956. Karya seni itu mengusung semangat kemerdekaan dan kemanusiaan.
Patung itu menggambarkan seorang pejuang Soviet yang berdiri dengan pedang di atas Swastika yang telah hancur, sambil menggendong seorang anak Jerman di lengan kirinya. (WDY)
Koleksi 5 istana ungkap diplomasi Indonesia di masa lalu
Sabtu, 4 Agustus 2018 7:01 WIB