Denpasar (Antaranews Bali) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat realisasi kredit perbankan di Bali pada Maret 2018 mencapai Rp83 triliun atau tumbuh 5,3 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya di tengah situasi ekonomi global yang berfluktuasi saat ini.
Kepala OJK Regional Bali dan Nusa Tenggara Hizbullah di Denpasar, Selasa menjelaskan tumbuhnya pembiayaan tersebut karena salah satunya didorong sektor usaha kembali menggeliat setelah sebelumnya ekonomi di Pulau Dewata sempat terganggu akibat dampak erupsi Gunung Agung.
Sebagian besar kucuran dana itu, lanjut dia, diserap sektor produktif sebesar 61,4 persen, yakni untuk modal kerja dan investasi dengan segmentasi debitur bergerak di sektor ekonomi bukan lapangan usaha, perdagangan besar dan eceran serta pariwisata.
Dari total kucuran kredit sebesar Rp83 triliun selama triwulan pertama tahun ini, bank umum konvensional mengucurkan paling banyak mengingat jaringan yang besar yakni Rp71,6 triliun, disusul bank perkreditan rakyat mencapai Rp9,7 triliun dan sisanya Rp1,6 triliun oleh bank umum syariah.
Hizbullah kemudian merinci peningkatan penyaluran kredit terbesar di Bali tercatat di Kabupaten Buleleng sebesar 17 persen disusul Klungkung (10 persen) dan Bangli (8,5 persen).
Hal itu, kata dia, bisa menjadi pertama sektor usaha di tiga daerah tersebut bertumbuh meski penyaluran kredit paling banyak ada di Denpasar, Badung dan Buleleng.
Kemampuan perbankan untuk meningkatkan pembiayaan juga tidak terlepas dari kinerja aset yang bertumbuh selama triwulan pertama tahun ini sebesar 11 persen mencapai Rp123,2 triliun jika dibandingkan periode sama tahun lalu.
Selain itu juga dipengaruhi kemampuan bank mengumpulkan dana pihak ketiga dan dana antarkantor bank.
OJK mencatat total dana pihak ketiga hingga Maret 2018 mencapai Rp97 triliun, tumbuh 7,8 persen jika dibandingkan periode sama tahun lalu mencapai Rp90 triliun.
Sebagian besar dana masyarakat itu dikumpulkan dalam bentuk tabungan Rp44,3 triliun kemudian disusul deposito Rp38,4 triliun dan giro sebesar Rp14,2 triliun.
Meski pembiayaan meningkat, namun sektor usaha di Bali hingga triwulan pertama tahun ini masih ada imbas erupsi Gunung Agung. (WDY)