Denpasar (Antaranews Bali) - Masjid Baiturrahman, Kampung Jawa, Wanasari, Kota Denpasar, Bali, menggelar Takjil dan Shalat Tarawih selama bulan puasa Ramadhan yang mirip tradisi takjil dan tarawih ala Masjidilharam di Mekkah, Arab Saudi.
"Setiap hari ada 200-300 bungkus nasi untuk takjil yang kami bagikan kepada jamaah dan musyafir (orang yang bepergian atau dalam perjalanan) yang singgah ke masjid ini," kata koordinator takjil Masjid Baiturrahman, H Abdul Hakim, di Denpasar, Selasa.
Ia menjelaskan nasi bungkus itu merupakan sumbangan warga sekitar masjid yang juga jamaah masjid. "Nilainya berkisar Rp7.000 hingga Rp10.000 per bungkus, karena ada yang pakai lauk telur dan ada juga yang pakai ayam. Tradisi seperti ini sudah lama di masjid ini," katanya.
Menurut dia, sumbangan nasi atau kue untuk takjil yang berdatangan dari masyarakat setempat dan jamaah itu mirip di Masjidilharam yang memang menampung sumbangan takjil dari masyarakat berbagai penjuru untuk bersedekah selama puasa.
"Selain nasi, di masjid ini juga banyak sumbangan kue kering atau kue basah serta minuman takjil seperti es yang disumbangkan warga atau jamaah masjid, karena itu semuanya kami tampung dalam meja khusus di luar masjid sehingga jamaah masjid yang datang tinggal mengambilnya," katanya.
Saat menikmati nasi dan minuman takjil pun diatur seperti di Masjidilharam yakni diatur berjajar dengan taplak atau karpet yang memanjang, kemudian nasi dan minuman takjil ditata secara memanjang pula, sehingga jamaah tinggal duduk sambil menunggu tibanya waktu berbuka puasa, lalu berdoa bersama menjelang berbuka bersama itu.
Baca juga: Muslim Bali sukai sate susu untuk berbuka puasa
Senada dengan itu, Ketua Umum Yayasan Masjid Baiturrahman, Wanasari, Denpasar, H Junaidi, menjelaskan Shalat Tarawih di Masjid Baiturrahman yang berlantai tiga itu juga dilaksanakan seperti di Masjidilharam, yakni 20 rakaat tarawih dan tiga rakaat witir.
"Kalau pertengahan juga pakai qunut seperti di Masjidilharam. Kami juga meniru bacaan ayat-ayat suci Alquran di Masjidilharam yang setiap harinya khatam satu juz, sehingga waktu yang diperlukan sekitar 75 menit atau satu jam lebih 15 menit, tapi selisihnya juga tidak jauh dari masjid lain yang rata-rata 45 menit," katanya.
Untuk itu, pihak yayasan selalu mendatangkan hafidz (orang yang hafal Alquran) pada setiap Ramadhan, tapi juga hafidz yang suaranya merdu. "Karena itu, jamaah masjid di lantai pertama selalu penuh dan jamaah juga berdatangan dari lokasi yang jauh," katanya.
Ia menambahkan tata cara berbuka dan Shalat Tarawih yang semarak seperti di Masjidilharam itu akan dipertahankan terus untuk menunjukkan kebanggaan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
"Nabi menjamin siapa yang bangga dengan datangnya Ramadhan, maka kulitnya akan bebas atau tidak tersentuh api neraka, karena itu tradisi yang ada akan kami pertahankan terus untuk menyemarakkan datangnya puasa Ramadhan," katanya.
Selain itu, halaman luar masjid juga dipadati masyarakat Wanasari yang berjualan nasi, kue, lauk, dan sebagainya, sehingga suasana di sekitar masjid pada setiap sore hingga datangnya waktu berbuka akan menjadi "Bazar Ramadhan" Masjid Baiturrahman.
Baca juga: Menag: Masjid Baiturrahmah Buktikan Toleransi Umat Hindu
Buka Bersama serupa juga dilaksanakan puluhan warga sekitar Musholla Al Hidayah Gatsu Timur, Jalan Gatot Subroto Timur, Kota Denpasar, di teras musholla setempat secara sederhana dengan makanan dan minuman yang disumbangkan warga sekitar ke musholla itu. (WDY)