Semarapura (Antara Bali) - Warga Pemuteran, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, memohon kepada pemerintah untuk memanfaatkan mata air unik di wilayahnya guna memenuhi kebutuhan air yang sangat sulit didapat.
"Saat ini warga kami kesulitan air. Untuk kesehariannya kami memanfaatkan mata air unik di wilayah kami," kata I Ketut Muliana, salah seorang tokoh masyarakat setempat, Sabtu.
Ia mengatakan, dengan membangun bak penampung, dia berharap mata air di wilayah timur Bali yang dipercaya menyembuhkan segala macam penyakit itu bisa dimanfaatkan oleh 458 KK yang berada di lereng pegunungan.
"Selama ini mata air unik yang ditemukan pada tahun 1990 itu memiliki debit 0,66 liter, yang dibiarkan mengalir begitu saja," katanya.
Ia mengaku, mata air itu dianggap unik dan aneh karena jika musim hujan air yang keluar dari himpitan tebing tersebut alirannya kecil, sebaliknya jika musim kemarau justru membesar.
"Ketimbang dibuang percuma mata air yang dipercayai berkhasiat sebagai obat itu lebih bagus dimanfaatkan atau ditampung untuk keperluan yang lebih besar mengingat warga kami kekurangan air," jelasnya.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karangasem, debit sumber air tersebut sebesar 0,66 liter per detik, nantinya bakal dibantu dari perencanaan Pemkab Karangasem.
Wakil Bupati Karangasem, I Made Sukerana mengatakan, kebutuhan akan penampungan air di Desa Pempatan nantinya bakal dirancang pembangunan bak penampung air berikut bangunan pelengkap lainnya.
Dengan diberdayakannya sumber air yang berasal dari rembesan tebing, kata dia maka kesulitan air yang dialami warga selama ini bisa diatasi.
"Air sebagai bagian kebutuhan primer masyarakat merupakan kebutuhan dasar yang selayaknya dapat dipenuhi," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten selama ini sudah berhasil membangun bidang keairan secara besar-besaran dengan membangun jaringan pipa telaga waja, pembangunan sejumlah distribusi air dari berbagai mata air yang besar serta membangun pola penampungan air berupa embung- embung.
"Keseluruhannya tidak kurang menelan dana ratusan milyar baik bersumber dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten," jelasnya.
Sampai saat ini, Ia mengaku prihatin dengan warga setempat yang membeli air per tangki Rp120.000.
"Kondisi ini hampir sama dengan wilayah Kubu, namun beruntung di Kecamatan Rendang ada mata air," katanya.(*)