Denpasar (Antaranews Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali mengantisipasi tekanan inflasi menjelang pelaksanaan pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, Oktober 2018 khususnya bersumber dari pasokan tertentu yang menyesuaikan dengan kebutuhan delegasi.
"Jika permintaan tinggi tetapi suplai kurang mendukung maka ini bisa mempengaruhi. Untuk itu bagaimana menjamin supaya suplai cukup untuk memenuhi permintaan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Indra selaku Ketua Harian TPID Bali di Denpasar, Kamis.
Menurut mantan Kepala BPBD Bali itu, beberapa pasokan yang sesuai dengan kebutuhan para delegasi itu di antaranya minuman dan bahan makanan seperti daging sapi sesuai standar barat.
Dalam rapat pembahasan terkait evaluasi dan pengendalian inflasi jelang pertemuan IMF dan Bank Dunia itu, Dewa Indra mengakui tidak semua kebutuhan khusus tersebut bisa dipenuhi dari produksi di daerah.
Meski pun beberapa di antaranya seperti produk minuman khusus ada yang diproduksi di Bali namun lanjut dia, para delegasi tersebut memiliki standar tersendiri.
Untuk itu, lanjut dia, untuk memenuhi kebutuhan tersebut pihaknya perlu mendatangkan pasokan dari luar Bali.
"Sehingga manfaat dari pertemuan IMF ini tidak hanya di Bali saja tetapi (daerah) tetangga sekitar," ucapnya.
Sementara itu Wakil Ketua TPID Bali Causa Iman Karana menambahkan secara umum untuk kebutuhan makanan seperti beras, daging ayam ras dan daging sapi masih mencukupi bahkan melampaui kebutuhan.
Causa yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali itu menyebutkan untuk stok daging sapi misalnya mencapai sekitar 5.450 ton dengan tingkat konsumsi normal mencapai sekitar 152 ton per bulan.
Untuk kebutuhan bulanan daging ayam mencapai sekitar 2.100 ton dengan stok mencapai sekitar 71 ribu ton.
"Rata-rata tidak ada masalah (terkait pasokan) kecuali untuk kebutuhan tertentu dari hotel," ucapnya.
BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Bali selama tahun 2018 akan tumbuh positif mencapai pada kisaran 6,0-6,4 persen atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya mencapai 5,59 persen.
Pertemuan IMF dan Bank Dunia, kata dia, menjadi salah satu indikator yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata karena kehadiran delegasi yang mencapai lebih dari 15 ribu orang dari 189 negara.
Namun, lanjut pria yang akrab disapa CIK itu, seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka inflasi biasanya juga meningkat.
Hal tersebut juga terkonfirmasi dari perkembangan inflasi naik ketika Bali menjadi tuan rumah pelaksaan Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tahun 2013 yang diprediksi memacu inflasi mencapai 8,16 persen.
Padahal dua tahun sebelumnya inflasi berada di bawah lima persen yakni tahun 2011 mencapai 3,75 persen dan 2012 mencapai 4,71 persen.
Saat ini, lanjut dia, TPID Bali bersama BI dan instansi terkait lainnya sedang fokus menggarap proyek percontohan untuk pengembangan bawang putih di Buleleng karena sebagian kebutuhan komoditas itu di Indonesia masih impor.
Percontohan seluas dua hektare dengan potensi lahan yang bisa digarap mencapai sekitar 50 hektare di Desa Wanagiri itu diharapkan mampu memenuhi kebutuhan daerah sehingga inflasi yang bersumber dari bumbu dapur itu bisa ditekan.
"Stok kebutuhan semua aman kecuali bawang putih. Ini yang menjadi PR (pekerjaan rumah) kami yang akan diperdalam dengan instansi terkait untuk antisipasi," ucap CIK. (WDY)