Denpasar (Antara Bali) - Tim Koordinasi Pengendali Inflasi Daerah (TKPID) Provinsi Bali menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi tingginya tekanan inflasi pada Juli 2014 karena hari raya Idul Fitri dan puncak musim liburan sekolah.
"Kami rumuskan langkah preemptif untuk mengantisipasi tekanan inflasi melalui ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi," kata Ketua TKPID Ketut Wija, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, untuk menjamin ketersediaan pasokan, instansi terkait diminta melaksanakan pemantauan intensif untuk stok baik kualitas maupun kuantitas di tingkat produsen, distributor dan retail yakni pasar modern dan tradisional.
Terkait dengan harga, pihaknya akan menggelar pasar murah di Pasar Nyanggelan, Denpasar, pada 11 Juli 2014 dan di Jimbaran pada 15 Juli 2014.
"Komoditas yang diperdagangkan di antaranya beras premium, minyak goreng, gula pasir, telur ayam ras, tepung terigu dan beberapa kebutuhan pokok lainnya," ujarnya.
Harga yang digunakan dalam pasar murah itu, katanya, 10 persen di bawah harga pasar.
Pihaknya memastikan bahwa Perum Bulog telah melakukan penjualan bahan pokok strategis di depan kantor setempat pada Juni-Juli 2014 dengan menjual komoditas di antaranya beras premium, gula pasir, tepung terigu dan minyak goreng.
"Kami juga akan melaksanakan pasar tani dan pasar murah akhir Juli dan pasar murah yang terjadwal dan berkelanjutan," katanya.
Sementara terkait dengan distribusi barang pokok strategis, ia menyatakan bahwa Dinas Perhubungan Provinsi Bali telah mengamankan kondisi infrastruktur jalan dari dan ke pelabuhan.
Tiga kapal angkutan barang pokok tersebut juga telah ditambah dan satu dermaga untuk menjamin kelancaran distribusi.
Hal ini mengingat beberapa pasokan kebutuhan pokok di Bali sangat tergantung kelancaran distribusi dari Pulau Jawa.
Selain jangka pendek tersebut, pihaknya juga mengupayakan langkah jangka panjang dalam struktural.
"Dengan langkah sinergis itu stabilitas inflasi terjaga," kata Wija.
Sementara itu pada Juni 2014, perkembangan harga barang dan jasa relatif terkendali dengan tingkat deflasi mencapai 0,27 persen, atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 6,41 persen. (WDY)