Gianyar, (Antaranews Bali) - Desa Padangtegal, Kecamatan Ubud, Bali akan membangun tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) agar hasil pengolahannya siap menjadi energi listrik, pupuk kompos atau makanan ikan.
Sebelumnya, desa itu berhasil membangun rumah kompos, mendidik penduduk dan industri pariwisata memilah sampah organik dan non-organik.
"Nantinya rumah kompos saat ini mengolah 72 meter kubik sampah hanya dari desa Padangtegal, sehingga dengan rencana membangun pengolahan sampah terpadu akan benar-benar tidak ada lagi menyisakan sampah," kata I Made Gandra, Bendesa Desa Pakraman (Adat) Padangtegal, Kabupaten Gianyar, Jumat.
Desa Adat (Pakraman) Padangtegal ini telah berhasil membangun rumah kompos hasil dari pendapatan desa di antaranya pengelolaan "Monkey Forest Ubud", pengelolaan sampah dan keamanan. Bahkan pengurus desa itu berhasil mendidik 100 persen warganya untuk memilah sampah secara mandiri, sampah organik dan non-organik.
"Dua tahun belakangan ini, 100 persen dari 661 kepala keluarga dan sekitar 3.500 penduduk telah memilih sampah rumah tangga. Memilah sampah organik dan non-organik. Begitu juga industri pariwisata seperti hotel, homestay, kafe dan restoran sudah memilah sampahnya. Jika tidak, maka petugas kebersihan kami tidak akan angkut sampahnya," kata Made Gandra.
Berkat upaya itu, Pemkab Gianyar menjadi desa percontohan pengolahan sampah. "Produksi sampah Desa Padangtegal ini mencapai 72 meter kubik, melebihi produksi sampah Kabupaten Gianyar," kata Bendesa Padangtegal.
Keberhasilan pengelolaan sampah di Desa Padangtegal tak lepas dari kemajuan dan pendapatan yang besar dari pengelolaan Monkey Forest Ubud, sebagai salah satu unit usaha milik desa tersebut. "Dari pendapatan pengelolaan Monkey Forest Ubud, pengurus desa memutuskan untuk mengalokasikan dana sebesar Rp65 juta per bulan untuk operasional pengolahan sampah. Dari dana itu, 661 KK warga desa Padangtegal dibebaskan iuran sampah, tapi mereka harus memilah sampah sejak dari rumah. Jika tidak, petugas kebersihan sampah tidak akan mengangkut sampahnya," kata dia lagi.
Upaya mendidik masyarakat untuk memilah sampah secara mandiri sejak dari rumah dilakukan mulai tahun 2013, tapi 100 persen warga memilah sampah baru dua tahun belakangan ini.
Selain itu, Desa Padangtegal menjadikan rumah kompos sebagai tempat edukasi tentang pengolahan sampah sekaligus sebagai kantor tim kebersihan dan memiliki jadwal pengajaran reguler tentang pengolahan sampah di learning center (rumah kompos) untuk warga dan pengusaha tahun 2014
"Terbentuk budaya masyarakat memilah dan memanfaatkan sampah yang konsisten 100 persen warga telah memilah sampah, dan 50 persen sudah memanfaatkan sampah sejak tahun 2015," kata I Made Gandra .
Perkembangan desa itu kini memiliki kebun organik seluas 1 hektare yang memanfaatkan pupuk kompos dari sampah desa tahun 2015. Desa Adat Padangtegal telah memanfaatkan kompos untuk kebun di pekarangan, tegalan atau sawah sejak tahun 2016.