Banyuwangi (Antara Bali) - Gubernur Bali I Made Mangku Pastika dan rombongan, Jumat siang sembahyang bersama di Pura Blambangang, Banyuwangi dalam rangkaian "tirtayatra" atau perjalanan suci ke sejumlah pura di wilayah Jawa Timur.
Sembahyang bersama yang dipimpin Jro Mangku Soekidjan itu, dilakukan setelah sebelumnya dilaksanakan persembahan sesajen yang terbuat dari beberapa jenis penganan dan buah-buahan, lengkap dengan rangkaian janur dan aneka bunga.
Semerbak wangi dupa dan kemenyan yang dinyalakan, tak absen menyertai ritual dan persembahyangan bersama yang tampak berlangsung dengan penuh khidmat itu.
Usai sembahyang bersama dan pelaksanaan ritual yang dirangkaikan dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan, Gubernur Pastika menyerahkan "dana punia" sebesar Rp10 juta kepada "pengempon" Pura Blambangan, diterima Jro Mangku Soekidjan.
Sebelum meninggalkan rumah ibadah yang cukup disakralkan umat Hindu, khususnya di wilayah Banyuwangi, gubernur dan rombongan tampak "nunas pica" atau makan siang bersama di wantilan di bagian halaman luar pura yang rimbun pepohonan berusia ratusan tahun.
Gubernur dalam rangkaian "tirtayatra" menggunakan tujuh buah bus lewat jalur darat itu, disertai seluruh pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tingkat Provinsi Bali.
Sesuai jadwal, setelah di Blambangan, gubernur dan rombongan melanjutkan perjalanan suci ke Pura Mandara Giri Semeru Agung, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
"Kegiatan ritual selama dua hari ini melibatkan 260 peserta. Mereka selain para pimpinan SKPD, juga sejumlah pemimpin upacara keagamaan (pemangku) asal Bali," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng, yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan perjalanan suci dan persembahyangan di sejumlah pura itu untuk memohon keselamatan umat manusia serta alam lingkungan dan segala isinya, tutur Ketut Teneng.
Pura Mandara Giri Semeru Agung berdiri megah dan kokoh di atas hamparan lahan perbukitan yang menjadikan Kabupaten Lumajang semakin tenar sebagai kawasan suci bagi umat penganut Hindu.
Tempat suci umat Hindu terbesar di Tanah Jawa itu, pembangunannya terealisasi setelah melalui perjuangan yang cukup panjang.
Keinginan umat Hindu membuat pura di Lumajang, sesungguhnya telah muncul sejak tahun 1969, namun baru dapat diwujudkan seperempat abad kemudian, tepatnya tahun 1992. (*)