Denpasar (Antaranews Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menyatakan daerah setempat hingga saat ini tidak memerlukan impor beras karena dari sisi ketersediaan masih mencukupi.
"Bali sebenarnya aman-aman saja, dari segi pasokan atau ketersediaan cukup. Yang terjadi, memang ada kenaikan harga," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Mardiana, di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, berdasarkan data produksi 2017, Bali hingga saat ini masih surplus beras lebih dari 50 ribu ton, demikian juga stok Bulog masih lebih dari 8.500 ton yang mencukupi hingga tiga bulan ke depan.
Mardiana mengatakan, rata-rata konsumsi perkapita masyarakat perhari sebanyak 276,31 gram atau 7,7 kilogram dalam sebulan.
Oleh karena itu, dengan luasan panen pada 2017 mencapai 142.321 hektare, produksi gabah kering giling sekitar 839.911 ton atau setara dengan produksi beras 486.747 ton.
Dengan jumlah penduduk Bali sekitar 4,2 juta dikalikan dengan kebutuhan beras perkapita, maka total kebutuhan beras dalam setahun mencapai 415.149 ton. "Jadi, sesungguhnya masih ada surplus," ujarnya.
Terkait dengan harga beras, lanjut Mardiana, sampai saat ini harga beras premium tidak ada yang di atas harga eceran tertinggi (HET).
"Yang di atas HET adalah harga beras medium. Tetapi beras medium di Bali itu kualitasnya di atas medium yang ditetapkan Dinas Perdagangan. Beras medium yang tidak dalam kemasan, harganya saat ini berkisar Rp10.800 hingga Rp11.000," ucapnya. (WDY)