Denpasar (Antara Bali) - Suasana di seluruh kawasan Kota Denpasar, Rabu semarak berhiaskan penjor sebagai salah satu sarana dalam perayaan Hari Raya Galungan.
Bentuk penjor yang dipasang oleh warga itu pun beragam, dari yang sederhana hingga yang berukuran besar dengan hiasan yang sangat menarik.
Tidak hanya warga yang memasang penjor di depan rumahnya, tetapi instansi pemerintahan dan swasta pun memasang di depan kantornya.
Kesemarakan hari raya kemenangan kebaikan (dharma) atas keburukan (adharma) itu terasa sampai sudut-sudut ibu kota tujuan wisata internasional itu.
Biasanya sesuai tradisi, salah satu sarana persembahyangan itu dipasang dua hari atau sehari menjelang Galungan.
Penjor adalah salah satu sarana "upakara" dalam merayakan Hari Raya Galungan, dan merupakan simbol gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan, seperti halnya Gunung Agung, di mana terletak Pura Besakih yang merupakan tempat pemujaan terbesar bagi umat Hindu.
Bahan penjor adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan daun kelapa atau daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (Plawa).
Sementara sejak Rabu pagi, umat Hindu di Denpasar sudah mulai melakukan persembahyangan di "merajan" (pura kecil) di rumah masing-masing sebelum melakukan persembahyangan dengan berkeliling ke pura-pura yang ada di daerah itu.
Seperti yang dilakukan I Gusti Ekawati, salah seorang umat di Denpasar, yang sejak pukul 06.00 melakukan persiapan untuk bersembahyang di "merajan" keluarganya.
"Setelah melakukan persembahyangan di sini, rencananya kami akan berkeliling mendatangi beberapa pura yang ada di Denpasar. Hal itu rutin kami lalukan setiap Galungan tiba," katanya.
Dia mengatakan, kemudian setelah berkeliling bersembahyang di pura, dirinya bersama anggota keluarga akan mengunjungi sanak saudara di kampung halamannya yang berada di wilayah Kabupaten Tabanan.(*)
