Denpasar (Antara Bali) - Direktur Pusat Pengembangan Koperasi dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Prof Dr Ubud Salim mengatakan, setiap individu sebenarnya memiliki jiwa wirausaha, namun tidak semua orang bisa mendapatkan peluang bisnis.
"Untuk mendapatkan peluang bisnis, seorang usahawan harus peka terhadap lingkungan sekitar dan mendengarkan apa yang diarahkan oleh konsultannya," kata Prof Salim di Sanur, Kota Denpasar, Bali, Selasa.
Pada kegiatan pelatihan "Program Benchmarking dalam Meningkatkan Kompetensi UKM, Menghadapi Persaingan Global" itu, ia mengatakan, ada beberapa jenis keahlian dipersyaratkan dalam kewirausahaan, antara lain ketrampilan teknis, manajemen bisnis dan ketrampilan kewirausahaan pribadi.
"Dalam ketrampilan teknis, seorang wirausahawan harus mampu menulis, komunikasi lisan, monitor lingkungan, teknologi, mampu mengorganisasi, membangun jaringan dan menjadi seorang pemain tim," katanya.
Sedangkan dalam manajemen bisnis, kata dia, seorang wirausahawan harus juga menguasai ketrampilan bisnis antara lain, menyusun perencanaan dan tujuan, pemasaran, akuntansi, manajemen, negosiasi dan meluncurkan usaha.
Ia mengatakan, untuk ketrampilan kewirausahaan pribadi, maka individu tersebut mampu mengendalikan diri dalam setiap aktivitasnya, termasuk juga mengambil risiko serta berorientasi pada perubahan.
Menurut Prof Salim, kegiatan kewirausahaan di Indonesia berkembang paling pesat saat krisis moneter melanda pada tahun 1997. Dari sekitar 7.000 usaha kecil di tahun 1980 melesat menjadi 40 juta pada tahun 2001.
"Itu artinya banyak usaha kecil yang muncul di saat krisis tersebut dikarenakan kebutuhan dan kurang didorong oleh faktor inovasi," ucapnya.
Selain itu, kata dia, usaha kecil di Tanah Air didominasi oleh kegiatan yang bergerak pada sektor pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan. Sementara usaha menengah banyak bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta usaha besar di industri pengolahan.
Gede Nyoman Sedana, seorang usahawan "Telaga Waja Adventure" di Kabupaten Karangasem mengaku, dengan adanya pembinaan pihak pemberi dana program kemitraan dari PT Pelindo, kini usahanya sudah semakin maju dan mapan.
"Dua tahun lalu saya hanya mempekerjakan 20 orang, 10 orang di antaranya sebagai tenaga kerja 'freelance'. Namun berkat bimbingan dan arahan dari mitra kerja usaha, kini mampu menampung tenaga kerja hingga 45 orang," tuturnya.
Dengan kondisi seperti ini, kata dia, kerja sama maupun pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh mitra kerja sangat membantu kemajuan usahanya.
"Usaha di bidang jasa kepariwisataan yakni 'rafting' tersebut kini sudah ada kemajuan. Saya berharap sektor wisata di Bali terus berkembang, sehingga bisa membuka peluang kerja lebih banyak lagi," ucapnya.
Pelatihan UKM yang diselenggarakan PT Pelindo III diikuti oleh 50 orang UKM binaan terbaik di Indonesia selama dua hari hingga Kamis (16/6). Mereka selama di Bali mendapatkan pengarahan dari para pakar bisnis dan berkunjung ke sejumlah sentral UKM.(*)