Jakarta (Antara Bali) - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan pengaduan konsumen listrik PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN) menempati posisi keenam dari seluruh
pengaduan konsumen yang diterima Bidang Pengaduan YLKI.
"Itu menandakan potret pelayanan PT PLN masih buram di mata
konsumen. Karena itu, YLKI meminta PT PLN secara konsisten meningkatkan
pelayanan kepada konsumen," kata Tulus melalui pesan singkat di Jakarta,
Jumat.
Tulus mengatakan hal yang terutama dikeluhkan konsumen adalah
gangguan pemadaman atau pemadaman listrik bergilir, voltase yang naik
turun, Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) yang seringkali
menyalahkan konsumen dan biaya siluman sambung baru yang dilakukan oknum
PT PLN atau mitra.
Padahal, menurut Tulus, manajemen PT PLN menyatakan sudah tidak ada
lagi "zona merah" yang artinya tidak ada wilayah yang mengalami
kekurangan pasokan atau krisis tenaga listrik di seluruh Indonesia.
"Bisa jadi itu klaim faktual. Namun, fakta lain membuktikan bahwa keandalan jaringan listrik PT PLN masih buruk," ujarnya.
Begitu pula masalah voltase yang seringkali naik turun. Tulus
mengatakan di wilayah Jakarta saja tegangan masih sering di bawah 200
volt. Padahal, seharusnya tegangan yang standar adalah 220 volt. "Kalau di Jakarta saja masih di bawah 200 Volt, bagaimana diluar pulau Jawa?" tanyanya.
YLKI menduga kondisi tersebut karena sumber dana PT PLN banyak
tersedot untuk pembiayaan program pembangkit listrik 35.000 MW. Tulus
mengatakan program tersebut oleh banyak kalangan dianggap terlalu
dipaksakan. (WDY)
YLKI: Pengaduan Konsumen PLN Tempati Posisi Enam
Jumat, 27 Oktober 2017 13:36 WIB